Halaman

Kamis, 26 November 2020

taq4

Fasal Istinjak dan Adab Buang Air Besar

 ‏( ﻓﺼﻞ ‏) : ﻓﻲ ﺍﻻﺳﺘﻨﺠﺎﺀ ﻭﺁﺩﺍﺏ ﻗﺎﺿﻲ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ ‏( ﻭﺍﻻﺳﺘﻨﺠﺎﺀ ‏) ﻭﻫﻮ ﻣﻦ ﻧﺠﻮﺕ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﺃﻱ ﻗﻄﻌﺘﻪ، ﻓﻜﺄﻥ ﺍﻟﻤﺴﺘﻨﺠﻲ ﻳﻘﻄﻊ ﺑﻪ ﺍﻷﺫﻯ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻪ ‏( ﻭﺍﺟﺐ ﻣﻦ ‏) ﺧﺮﻭﺝ ‏(ﺍﻟﺒﻮﻝ ﻭﺍﻟﻐﺎﺋﻂ ‏) ﺑﺎﻟﻤﺎﺀ ﺃﻭ ﺍﻟﺤﺠﺮ ﻭﻣﺎ ﻓﻲ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺟﺎﻣﺪ ﻃﺎﻫﺮ ﻗﺎﻟﻊ ﻏﻴﺮ ﻣﺤﺘﺮﻡ ‏( ﻭ ‏) ﻟﻜﻦ ‏( ﺍﻷﻓﻀﻞ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﻨﺠﻲ ‏) ﺃﻭﻻً ‏( ﺑﺎﻷﺣﺠﺎﺭ ﺛﻢ ﻳﺘﺒﻌﻬﺎ ‏) ﺛﺎﻧﻴﺎً ‏( ﺑﺎﻟﻤﺎﺀ ‏) ﻭﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﺛﻼﺙ ﻣﺴﺤﺎﺕ، ﻭﻟﻮ ﺑﺜﻼﺛﺔ ﺃﻃﺮﺍﻑ ﺣﺠﺮ ﻭﺍﺣﺪ ‏( ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﻘﺘﺼﺮ ‏) ﺍﻟﻤﺴﺘﻨﺠﻲ ‏(ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺃﻭ ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﺣﺠﺎﺭ ﻳﻨﻘﻲ ﺑﻬﻦ ﺍﻟﻤﺤﻞ ‏) ﺇﻥ ﺣﺼﻞ ﺍﻹﻧﻘﺎﺀ ﺑﻬﺎ، ﻭﺇﻻ ﺯﺍﺩ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﻨﻘﻰ، ﻭﻳﺴﻦ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺘﺜﻠﻴﺚ ‏( ﻓﺈﺫﺍ ﺃﺭﺍﺩ ﺍﻻﻗﺘﺼﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻓﺎﻟﻤﺎﺀ ﺃﻓﻀﻞ ‏) ﻷﻧﻪ ﻳﺰﻳﻞ ﻋﻴﻦ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﻭﺃﺛﺮﻫﺎ، ﻭﺷﺮﻁ ﺃﺟﺰﺍﺀ ﺍﻻﺳﺘﻨﺠﺎﺀ ﺑﺎﻟﺤﺠﺮ ﺃﻥ ﻻ ﻳﺠﻒ ﺍﻟﺨﺎﺭﺝ ﺍﻟﻨﺠﺲ، ﻭﻻ ﻳﻨﺘﻘﻞ ﻋﻦ ﻣﺤﻞ ﺧﺮﻭﺟﻪ، ﻭﻻ ﻳﻄﺮﺃ ﻋﻠﻴﻪ ﻧﺠﺲ ﺁﺧﺮ ﺃﺟﻨﺒﻲ ﻋﻨﻪ، ﻓﺈﻥ ﺍﻧﺘﻔﻰ ﺷﺮﻁ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺗﻌﻴﻦ ﺍﻟﻤﺎﺀ 

Fasal
 menjelaskan tentang istinja’ dan etika-etika orang yang buang hajat. Istinja’, yang diambil dari kata “najautus syai’a ai qhatha’tuhu” (aku memutus sesuatu) karena seakan- akan orang yang melakukan istinja’ telah memutus kotoran dari dirinya dengan istinja’ tersebut, hukumnya adalah wajib dilakukan sebab keluarnya air kencing atau air besar dengan menggunakan air atau batu dan barang-barang yang semakna dengan batu, yaitu setiap benda padat yang suci, bisa menghilangkan kotoran dan tidak dimuliakan oleh syareat. Akan tetapi yang lebih utama adalah pertama istinja’ dengan batu, kemudian kedua diikuti dengan istija’ menggunakan air. Dan yang wajib -ketika istinja’ dengan batu- adalah tiga kali usapan, walaupun dengan tiga sudutnya batu satu. Bagi orang yang istinja’, diperkenankan hanya menggunakan air atau tiga batu yang digunakan untuk membersihkan tempat najis, jika tempat tersebut sudah bisa bersih dengan tiga batu. Jika belum bersih, maka ditambah usapannya hingga tempatnya bersih. Dan setelah itu -setelah bersih- disunnahkan untuk mengulangi tiga kali. Ketika ia hanya ingin menggunakan salah satunya, maka yang lebih utama adalah menggunkan air. Karena sesungguhnya air bisa menghilangkan najisnya sekaligus sisa-sisanya. Syarat istinja’ menggunakan batu bisa mencukupi adalah najis yang keluar belum kering, tidak berpindah dari tempat keluarnya dan tidak terkena najis lain yang tidak sejenis (ajnabi). Jika salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, maka harus istinja’ menggunakan air.

‏( ﻭﻳﺠﺘﻨﺐ ‏) ﻭﺟﻮﺑﺎً ﻗﺎﺿﻲ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ ‏( ﺍﺳﺘﻘﺒﺎﻝ ﺍﻟﻘﺒﻠﺔ ‏) ﺍﻵﻥ ﻭﻫﻲ ﺍﻟﻜﻌﺒﺔ ‏( ﻭﺍﺳﺘﺪﺑﺎﺭﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﺤﺮﺍﺀ ‏) ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺑﻴﻨﻪ ﻭﺑﻴﻦ ﺍﻟﻘﺒﻠﺔ ﺳﺎﺗﺮ ﺃﻭ ﻛﺎﻥ، ﻭﻟﻢ ﻳﺒﻠﻎ ﺛﻠﺜﻲ ﺫﺭﺍﻉ ﺃﻭ ﺑﻠﻐﻬﻤﺎ، ﻭﺑﻌﺪ ﻋﻨﻪ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﺫﺭﻉ ﺑﺬﺭﺍﻉ ﺍﻵﺩﻣﻲ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ، ﻭﺍﻟﺒﻨﻴﺎﻥ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﻛﺎﻟﺼﺤﺮﺍﺀ ﺑﺎﻟﺸﺮﻁ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ، ﺇﻻ ﺍﻟﺒﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﻌﺪ ﻟﻘﻀﺎﺀ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ، ﻓﻼ ﺣﺮﻣﺔ ﻓﻴﻪ ﻣﻄﻠﻘﺎً، ﻭﺧﺮﺝ ﺑﻘﻮﻟﻨﺎ ﺍﻵﻥ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻗﺒﻠﺔ ﺃﻭﻻً، ﻛﺒﻴﺖ ﺍﻟﻤﻘﺪﺱ ﻓﺎﺳﺘﻘﺒﺎﻟﻪ ﻭﺍﺳﺘﺪﺑﺎﺭﻩ ﻣﻜﺮﻭﻩ ‏( ﻭﻳﺠﺘﻨﺐ ‏) ﺃﺩﺑﺎً ﻗﺎﺿﻲ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ ‏( ﺍﻟﺒﻮﻝ ‏) ﻭﺍﻟﻐﺎﺋﻂ ‏( ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻟﺮﺍﻛﺪ ‏) ﺃﻣﺎ ﺍﻟﺠﺎﺭﻱ ﻓﻴﻜﺮﻩ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﻴﻞ ﻣﻨﻪ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻜﺜﻴﺮ، ﻟﻜﻦ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﺍﺟﺘﻨﺎﺑﻪ، ﻭﺑﺤﺚ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﺗﺤﺮﻳﻤﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﻴﻞ ﺟﺎﺭﻳﺎً ﺃﻭ ﺭﺍﻛﺪﺍً ‏(ﻭ ‏) ﻳﺠﺘﻨﺐ ﺃﻳﻀﺎً ﺍﻟﺒﻮﻝ ﻭﺍﻟﻐﺎﺋﻂ ‏(ﺗﺤﺖ ﺍﻟﺸﺠﺮﺓ ﺍﻟﻤﺜﻤﺮﺓ ‏) ﻭﻗﺖ ﺍﻟﺜﻤﺮﺓ ﻭﻏﻴﺮﻩ 

wajib untuk menghidar dari menghadap dan membelakangi kiblat yang sekarang, yaitu Ka’bah. Jika antara dia dan kiblat tidak ada satir, atau ada satir namun ukurannya tidak mencapai 2/3 dzira’, atau mencapai 2/3 dzira’ namun jaraknya dari dia lebih dari tiga dzira’ dengan ukuran dzira’nya anak Adam, sebagaimana yang diungkapkan oleh sebagian ulama’. Dalam hal ini, hukum buang hajat di dalam bangunan sama seperti di tanah lapang yaitu dengan syarat yang telah dijelaskan, kecuali bangunan yang memang disediakan untuk buang hajat, maka tidak ada hukum haram secara mutlak di sana. Dengan ucapanku “kiblat yang sekarang”, mengecualikan tempat yang menjadi kiblat terdahulu seperti Baitul Maqdis, maka hukum menghadap dan membelakanginya adalah makruh. Etika Yang Sunnah Bagi Orang Yang Buang Hajat Bagi orang yang buang hajat, sunnah menghindari kencing dan berak di air yang diam tidak mengalir. Adapun air yang mengalir, maka di makruhkan buang hajat di air mengalir yang sedikit tidak yang banyak, akan tetapi yang lebih utama adalah menghindarinya. Namun imam an Nawawi membahas bahwa hukumnya haram buang hajat di air yang sedikit, baik yang mengalir atau diam. Dan juga sunnah bagi orang yang buat hajat untuk menghindari kencing dan berak di bawah pohon yang bisa berbuah, baik di waktu ada buahnya ataupun tidak. 

‏(ﻭ ‏) ﻳﺠﺘﻨﺐ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ‏( ﻓﻲ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ‏) ﺍﻟﻤﺴﻠﻮﻙ ﻟﻠﻨﺎﺱ ‏(ﻭ ‏) ﻓﻲ ﻣﻮﺿﻊ ‏(ﺍﻟﻈﻞ ‏) ﺻﻴﻔﺎً ﻭﻓﻲ ﻣﻮﺿﻊ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺷﺘﺎﺀ ‏( ﻭ ‏) ﻓﻲ ‏( ﺍﻟﺜﻘﺐ ‏) ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻨﺎﺯﻝ ﺍﻟﻤﺴﺘﺪﻳﺮ ﻭﻟﻔﻆ ﺍﻟﺜﻘﺐ ﺳﺎﻗﻂ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﻧﺴﺦ ﺍﻟﻤﺘﻦ ‏(ﻭﻻ ﻳﺘﻜﻠﻢ ‏) ﺃﺩﺑﺎً ﻟﻐﻴﺮ ﺿﺮﻭﺭﺓ ﻗﺎﺿﻲ ﺍﻟﺤﺎﺟﺔ ‏( ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺒﻮﻝ ﻭﺍﻟﻐﺎﺋﻂ ‏) ﻓﺈﻥ ﺩﻋﺖ ﺿﺮﻭﺭﺓ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﻛﻤﻦ ﺭﺃﻯ ﺣﻴﺔ ﺗﻘﺼﺪ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎً ﻟﻢ ﻳﻜﺮﻩ ﺍﻟﻜﻼﻡ ﺣﻴﻨﺌﺬ ‏(ﻭﻻ ﻳﺴﺘﻘﺒﻞ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﺍﻟﻘﻤﺮ ﻭﻻ ﻳﺴﺘﺪﺑﺮﻫﻤﺎ ‏) ﺃﻱ ﻳﻜﺮﻩ ﻟﻪ ﺫﻟﻚ ﺣﺎﻝ ﻗﻀﺎﺀ ﺣﺎﺟﺘﻪ، ﻟﻜﻦ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﻭﺿﺔ ﻭﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻬﺬﺏ ﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﺍﺳﺘﺪﺑﺎﺭﻫﻤﺎ ﻟﻴﺲ ﺑﻤﻜﺮﻭﻩ . ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻮﺳﻴﻂ : ﺇﻥ ﺗﺮﻙ ﺍﺳﺘﻘﺒﺎﻟﻬﻤﺎ ﻭﺍﺳﺘﺪﺑﺎﺭﻫﻤﺎ ﺳﻮﺍﺀ، ﺃﻱ ﻓﻴﻜﻮﻥ ﻣﺒﺎﺣﺎً ﻭﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺤﻘﻴﻖ : ﺇﻥ ﻛﺮﺍﻫﺔ ﺍﺳﺘﻘﺒﺎﻟﻬﻤﺎ ﻻ ﺃﺻﻞ ﻟﻬﺎ . ﻭﻗﻮﻟﻪ : ﻭﻻ ﻳﺴﺘﻘﺒﻞ ﺇﻟﺦ، ﺳﺎﻗﻂ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﻧﺴﺦ ﺍﻟﻤﺘﻦ .   

Dan sunnah menghindari apa telah disebutkan di atas di jalan yang dilewati manusia. Dan di tempat berteduh saat musim kemarau. Dan di tempat berjemur saat musim dingin. Dan di lubang yang ada di tanah, yaitu lubang bulat yang masuk ke dalam tanah. Lafadz “ats tsaqbu” tidak dicantumkan di dalam sebagian redaksi matan. Orang yang buang hajat hendaknya tidak berbicara tanpa ada darurat saat kencing dan berak karena untuk menjaga etika. Jika keadaan darurat menuntut untuk berbicara seperti orang yang melihat seekor ular yang hendak menyakiti seseorang, maka saat seperti itu tidak dimakruhkan untuk berbicara. Tidak menghadap dan membelakangi matahari dan rembulan. Maksudnya, bagi orang yang buang hajat dimakruhkan melakukan hal itu saat buang hajat. Akan tetapi di dalam kitab ar Raudlah dan Syarh al Muhadzdzab, imam an Nawawi berpendapat bahwa sesungguhnya membelakangi matahari dan rembulan - saat buang hajat- tidaklah dimakruhkan. Di dalam kitab syarh al Wasiht, beliau berkata bahwa sesungguhnya tidak menghadap dan tidak membelakangi keduanya adalah sama, maksudnya hukumnya mubah. Di dalam kitab at Tahqiq, beliau berkata bahwa sesungguhnya kemakruhan menghadap matahari dan rembulan tidak memiliki dalil. Ungkapan mushannif, “dan tidak menghadap ila akhir” tidak tercantum di dalam sebagian redaksi matan.

 ‏( ﻓﺼﻞ ‏) : ﻓﻲ ﻧﻮﺍﻗﺾ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺍﻟﻤﺴﻤﺎﺓ ﺃﻳﻀﺎً ﺑﺄﺳﺒﺎﺏ ﺍﻟﺤﺪﺙ ‏( ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻳﻨﻘﺾ ‏) ﺃﻱ ﻳﺒﻄﻞ ‏( ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﺷﻴﺎﺀ ‏) ﺃﺣﺪﻫﺎ ‏(ﻣﺎ ﺧﺮﺝ ﻣﻦ ‏) ﺃﺣﺪ ‏( ﺍﻟﺴﺒﻴﻠﻴﻦ ‏) ﺃﻱ ﺍﻟﻘﺒﻞ ﻭﺍﻟﺪﺑﺮ ﻣﻦ ﻣﺘﻮﺿﻰﺀ ﺣﻲّ ﻭﺍﺿﺢ ﻣﻌﺘﺎﺩﺍً ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺨﺎﺭﺝ ﻛﺒﻮﻝ ﻭﻏﺎﺋﻂ، ﺃﻭ ﻧﺎﺩﺭﺍً ﻛﺪﻡ ﻭﺣﺼﻰ ﻧﺠﺴﺎً ﻛﻬﺬﻩ ﺍﻷﻣﺜﻠﺔ، ﺃﻭ ﻃﺎﻫﺮﺍً ﻛﺪﻭﺩ ﺇﻻ ﺍﻟﻤﻨﻲ ﺍﻟﺨﺎﺭﺝ ﺑﺎﺣﺘﻼﻡ ﻣﻦ ﻣﺘﻮﺿﻰﺀ ﻣﻤﻜﻦ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻷﺭﺽ، ﻓﻼ ﻳﻨﻘﺾ ﻭﺍﻟﻤﺸﻜﻞ ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻨﺘﻘﺾ ﻭﺿﻮﺀﻩ ﺑﺎﻟﺨﺎﺭﺝ ﻣﻦ ﻓﺮﺟﻴﻪ ﺟﻤﻴﻌﺎً ‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ‏( ﺍﻟﻨﻮﻡ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ ﻫﻴﺌﺔ ﺍﻟﻤﺘﻤﻜﻦ ‏) ﻭﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﻧﺴﺦ ﺍﻟﻤﺘﻦ ﺯﻳﺎﺩﺓ ﻣﻦ ﺍﻷﺭﺽ ﺑﻤﻘﻌﺪﻩ، ﻭﺍﻷﺭﺽ ﻟﻴﺴﺖ ﺑﻘﻴﺪ، ﻭﺧﺮﺝ ﺑﺎﻟﻤﺘﻤﻜﻦ ﻣﺎ ﻟﻮ ﻧﺎﻡ ﻗﺎﻋﺪﺍً ﻏﻴﺮ ﻣﺘﻤﻜﻦ ﺃﻭ ﻧﺎﻡ ﻗﺎﺋﻤﺎً ﺃﻭ ﻋﻠﻰ ﻗﻔﺎﻩ ﻭﻟﻮ ﻣﺘﻤﻜﻨﺎً ‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ‏(ﺯﻭﺍﻝ ﺍﻟﻌﻘﻞ ‏) ﺃﻱ ﺍﻟﻐﻠﺒﺔ ﻋﻠﻴﻪ ‏( ﺑﺴﻜﺮ ﺃﻭ ﻣﺮﺽ ‏) ﺃﻭ ﺟﻨﻮﻥ ﺃﻭ ﺇﻏﻤﺎﺀ ﺃﻭ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ 
(Fasal) menjelaskan perkara-perkara yang membatalkan wudlu’ yang disebut juga dengan “sebab-sebab hadats”. Perkara yang merusak, maksudnya yang membatalkan wudlu’ ada lima perkara. Sesuatu Yang Keluar dari Dua Jalan Salah satunya adalah sesuatu yang keluar dari dua jalan yaitu qubul dan dubur-nya orang yang memiliki wudlu, yang hidup dan jelas -jenis kelaminnya-. Baik yang keluar itu adalah sesuatu yang biasa keluar seperti kencing dan tahi, atau jarang keluar seperti darah dan kerikil. Baik yang najis seperti contoh- contoh ini, atau suci seperti ulat (kermi : jawa). Kecuali sperma yang keluar sebab mimpi yang dialami oleh orang yang memiliki wudlu’ yang tidur dengan menetapkan pantatnya di lantai, maka sperma tersebut tidak membatalkan wudlu’. Orang khuntsa musykil, wudlu’nya hanya bisa batal sebab ada sesuatu yang keluar dari kedua farjinya secara keseluruhan. Dan yang kedua adalah tidur dengan keadaan tidak menetapkan pantat. Dalam sebagian redaksi matan ada tambahan kata-kata “dari tanah dengan tempat duduknya”. Tanah bukanlah menjadi qayyid. Dengan bahasa “menetapkan pantat”, maka terkecuali kalau dia tidur dalam keadaan duduk yang tidak menetapkan pantat, tidur dalam keadaan berdiri atau tidur terlentang walaupun menetapkan pantatnya. Dan yang ketiga adalah hilangnya akal, maksudnya akalnya terkalahkan sebab mabuk, sakit, gila, epilepsi atau selainnya.

‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ‏( ﻟﻤﺲ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺍﻷﺟﻨﺒﻴﺔ ‏) ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻤﺤﺮﻡ ﻭﻟﻮ ﻣﻴﺘﺔ، ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﺎﻟﺮﺟﻞ ﻭﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺫﻛﺮ ﻭﺃﻧﺜﻰ ﺑﻠﻐﺎ ﺣﺪ ﺍﻟﺸﻬﻮﺓ ﻋﺮﻓﺎً، ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﺎﻟﻤﺤﺮﻡ ﻣﻦ ﺣﺮﻡ ﻧﻜﺎﺣﻬﺎ ﻷﺟﻞ ﻧﺴﺐ ﺃﻭ ﺭﺿﺎﻉ ﺃﻭ ﻣﺼﺎﻫﺮﺓ ﻭﻗﻮﻟﻪ : ‏(ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺣﺎﺋﻞ ‏) ﻳﺨﺮﺝ ﻣﺎ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﺣﺎﺋﻞ ﻓﻼ ﻧﻘﺾ ﺣﻴﻨﺌﺬ ‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﺨﺎﻣﺲ ﻭﻫﻮ ﺁﺧﺮ ﺍﻟﻨﻮﺍﻗﺾ ‏(ﻣﺲ ﻓﺮﺝ ﺍﻵﺩﻣﻲ ﺑﺒﺎﻃﻦ ﺍﻟﻜﻒ ‏) ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﺫﻛﺮﺍً ﺃﻭ ﺃﻧﺜﻰ ﺻﻐﻴﺮﺍً ﺃﻭ ﻛﺒﻴﺮﺍً ﺣﻴﺎً ﺃﻭ ﻣﻴﺘﺎً، ﻭﻟﻔﻆ ﺍﻵﺩﻣﻲ ﺳﺎﻗﻂ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﻧﺴﺦ ﺍﻟﻤﺘﻦ ﻭﻛﺬﺍ ﻗﻮﻟﻪ ‏( ﻭﻣﺲ ﺣﻠﻘﺔ ﺩﺑﺮﻩ ‏) ﺃﻱ ﺍﻵﺩﻣﻲ ﻳﻨﻘﺾ ‏( ﻋﻠﻰ ‏) ﺍﻟﻘﻮﻝ ‏( ﺍﻟﺠﺪﻳﺪ ‏) ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺪﻳﻢ ﻻ ﻳﻨﻘﺾ ﻣﺲ ﺍﻟﺤﻠﻘﺔ، ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻬﺎ ﻣﻠﺘﻘﻰ ﺍﻟﻤﻨﻔﺬ ﻭﺑﺒﺎﻃﻦ ﺍﻟﻜﻒ ﺍﻟﺮﺍﺣﺔ ﻣﻊ ﺑﻄﻮﻥ ﺍﻷﺻﺎﺑﻊ، ﻭﺧﺮﺝ ﺑﺒﺎﻃﻦ ﺍﻟﻜﻒ ﻇﺎﻫﺮﻩ ﻭﺣﺮﻓﻪ، ﻭﺭﺅﻭﺱ ﺍﻷﺻﺎﺑﻊ ﻭﻣﺎ ﺑﻴﻨﻬﺎ ﻓﻼ ﻧﻘﺾ ﺑﺬﻟﻚ ﺃﻱ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺘﺤﺎﻣﻞ ﺍﻟﻴﺴﻴﺮ . 

 Yang ke empat adalah persentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan lain yang bukan mahram walaupun sudah meninggal dunia. Yang dikehendaki dengan laki-laki dan perempuan adalah laki-laki dan perempuan yang telah mencapai batas syahwat[1] secara ‘urf. Yang dikehendaki dengan mahram adalah wanita yang haram dinikah karena ikatan nasab, radla’ (tunggal susu) atau ikatan mushaharah (pernikahan). Perkataan mushannif, “tanpa ada penghalang -di antara keduanya-” mengecualikan seandainya terdapat penghalang di antara keduanya, maka kalau demikian tidak batal. Yang kelima, yaitu hal-hal yang membatalkan wudlu’ yang terakhir adalah menyentuh kemaluan anak Adam dengan bagian dalam telapak tangan, baik kemaluannya sendiri atau orang lain, laki-laki atau perempuan, kecil atau besar, masih hidup ataupun sudah meninggal dunia. Lafadz “anak Adam” tidak tercantum di dalam sebagian redaksi matan. Begitu juga tidak tercantum di sebagian redaksi adalah ungkapan mushannif “dan menyentuh lingkaran dubur anak Adam itu bisa membatalkan menurut pendapat qaul Jadid”. Menurut qaul Qadim, menyentuh lingkaran dubur anak Adam tidak membatalkan wudlu’. Yang dikehendaki dengan halqah adalah tempat bertemunya lubang keluarnya kotoran. Dan yang dikehendaki dengan bagian dalam tangan adalah telapak tangan beserta bagian dalam jari-jari tangan. Dikecualikan dari bagian dalam tangan yaitu bagian luar dan pinggir tangan, ujung jemari dan bagian di antara jemari. Maka tidak sampai membatalkan wudlu’ sebab menyentuh dengan bagian-bagian tersebut, maksudnya setelah menekan sedikit.

 (فصل): في موجب الغسل. والغسل لغة سيلان الماء على الشيء مطلقاً وشرعاً سيلانه على جميع البدن بنية مخصوصة (والذي يوجب الغسل ستة أشياء ثلاثة)  منها (تشترك فيها الرجال والنساء وهي التقاء الختانين) ويعبر عن هذا الالتقاء بإيلاج حي واضح غيب حشفة الذكر منه،أو قدرها من مقطوعها في فرج، ويصير الآدمي المولج فيه جنباً بإيلاج ما ذكر، أما الميت فلا يعاد غسله بإيلاج فيه، وأما الخنثى المشكل، فلا غسل عليه بإيلاج حشفته، ولا بإيلاج في قبله  

(Fasal) menjelaskan tentang hal-hal yang mewajibkan mandi besar. Secara bahasa, mandi bermakna mengalirnya air pada sesuatu secara mutlak. Secara syara’ adalah bermakna mengalirnya air ke seluruh badan disertai niat tertentu. Sesuatu yang mewajibkan mandi ada enam perkara. Tiga di antaranya dialami oleh laki-laki dan perempuan, yaitu bertemunya alat kelamin. Bertemunya alat kelamin ini diungkapkan dengan arti, orang hidup yang jelas kelaminnya yang memasukkan hasyafah penisnya atau kira-kira hasyafah dari penis yang terpotong hasyafahnya ke dalam farji. Anak Adam yang dimasuki hasyafah menjadi junub sebab dimasuki oleh hasyafah yang telah disebutkan di atas. Sedangkan untuk mayat yang sudah di mandikan, maka tidak perlu dimandikan lagi ketika dimasuki haysafah. Adapun khuntsa musykil, maka tidak wajib baginya melakukan mandi sebab memasukkan hasyafahnya atau kemaluannya dimasuki hasyafah.

 (و) من المشترك (إنزال) أي خروج (المنيّ) من شخص بغير إيلاج، وإن قل المني كقطرة، ولو كانت على لون الدم، ولو كان الخارج بجماع أو غيره في يقظة أو نوم بشهوة أو غيرها من طريقه المعتاد، أو غيره كأن انكسر صلبه، فخرج منيه  (و) من المشترك (الموت) إلا في الشهيد (وثلاثة تختص بها النساء وهي الحيض) أي الدم الخارج من امرأة بلغت تسع سنين، (والنفاس) وهو الدم الخارج عقب الولادة، فإنه موجب للغسل قطعاً (والولادة) المصحوبة بالبلل موجبة للغسل قطعاً، والمجردة عن البلل موجبة للغسل في الأصح. 

Di antara hal yang di alami oleh laki-laki dan perempuan adalah keluar sperma sebab selain memasukkan hasyafah. Walaupun sperma yang keluar hanya sedikit seperti satu tetes. Walaupun berwarna darah. Walaupun sperma keluar sebab jima’ atau selainnya, dalam keadaan terjaga atau tidur, disertai birahi ataupun tidak, dari jalur yang normal ataupun bukan seperti punggungnya belah kemudian spermanya keluar dari sana. Di antara yang dialami oleh keduanya adalah mati, kecuali orang yang mati syahid. Tiga hal yang mewajibkan mandi adalah tertentu dialami oleh kaum perempuan. Yaitu haidl, maksudnya darah yang keluar dari seorang wanita yang telah mencapai usia sembilan tahun. Dan nifas, yaitu darah yang keluar setelah melahirkan. Maka sesungguhnya nifas mewajibkan mandi secara mutlak. Melahirkan yang disertai dengan basah-basah mewajibkan mandi secara pasti. Sedangkan melahirkan yang tidak disertai basah-basah mewajibkan mandi menurut pendapat ashah.

 (فصل): وفرائض الغسل ثلاثة أشياء.  أحدها (النية) فينوي الجنب رفع الجنابة أو الحدث الأكبر ونحو ذلك، وتنوي الحائض أو النفساء رفع حدث الحيض أو النفاس، وتكون النية مقرونة بأول الفرض، وهو أول ما يغسل من أعلى البدن أو أسفله، فلو نوى بعد غسل جزء وجب إعادته (وإزالة النجاسة إن كانت على بدنه) أي المغتسل وهذا ما رجحه الرافعي وعليه فلا تكفي غسلة واحدة عن الحدث والنجاسة، ورجح النووي الاكتفاء بغسلة واحدة عنهما، ومحله ما إذا كانت النجاسة حكمية، أما إذا كانت النجاسة عينية وجب غسلتان عندهما 

(Fasal) fardlunya mandi ada tiga perkara. Salah satunya adalah niat. Maka orang yang junub niat menghilangkan hadats jinabah, menghilangkan hadats besar atau niat-niat sesamanya. Sedangkan untuk wanita haidl dan wanita nifas, niat menghilangkan hadats haidl atau hadats nifas. Niat yang dilakukan harus bersamaan dengan awal kefarduan, yaitu awal bagian badan yang terbasuh, baik dari badan bagian atas atau bagian bawah. Sehingga, kalau dia melakukan niat setelah membasuh bagian badan, maka wajib untuk mengulangi basuhan bagian tersebut. Fardlu kedua adalah menghilangkan najis jika terdapat di badannya, yaitu badan orang yang melakukan mandi besar. Hal ini (menghilangkan najis) adalah pendapat yang dikuatkan (tarjih) oleh imam ar Rafi’i. Berdasarkan pendapat ini, maka satu basuhan tidak cukup untuk menghilangkan hadats dan najis sekaligus. Imam An Nawawi men-tarjih (menguatkan) bahwa satu basuhan sudah dianggap cukup untuk menghilangkan hadats dan najis sekaligus. Tempatnya Pendapat imam an Nawawi ini adalah ketika najis yang berada di badan adalah najis hukmiyah. Sedangkan jika berupa najis ‘ainiyah, maka wajib melakukan dua basuhan untuk najis dan hadats tersebut.

 (وإيصال الماء إلى جميع الشعر والبشرة) وفي بعض النسخ بدل جميع أصول، ولا فرق بين شعر الرأس وغيره، ولا بين الخفيف منه والكثيف، والشعر المضفور إن لم يصل الماء إلى باطنه إلا بالنقض وجب نقضه، والمراد بالبشرة ظاهر الجلد، ويجب غسل ما ظهر من صماخي أذنيه ومن أنف مجدوع، ومن شقوق بدن، ويجب إيصال الماء إلى ما تحت القلفة من الأقلف، وإلى ما يبدو من فرج المرأة عند قعودها لقضاء حاجتها، ومما يجب غسله المسربة، لأنها تظهر في وقت قضاء الحاجة، فتصير من ظاهر البدن  (وسننه) أي الغسل (خمسة أشياء التسمية والوضوء) كاملاً (قبله) وينوي به المغتسل سنة الغسل إن تجردت جنابته عن الحدث الأصغر (وإمرار اليد على) ما وصلت إليه من (الحسد) ويعبر عن هذا الإمرار بالدلك (والموالاة) وسبق معناها في الوضوء (وتقديم اليمنى) من شقيه (على اليسرى) وبقي من سنن الغسل أمور مذكورة في المبسوطات منها التثليث وتخليل الشعر.  

Fardlu ketiga adalah mengalirkan air ke seluruh bagian rambut dan kulit badan. Dalam sebagian redaksi diungkapkan dengan bahasa “ushul (pangkal)” sebagai ganti dari bahasa “jami’ (seluruh)”. Tidak ada perbedaan antara rambut kepala dan selainnya, antara rambut yang tipis dan yang lebat. Rambut yang digelung, jika air tidak bisa masuk ke bagian dalamnya kecuali dengan diurai, maka wajib untuk diurai. Yang dikehendaki dengan kulit adalah kulit bagian luar. Dan wajib membasuh bagian-bagian yang nampak dari lubang kedua telinga, hidung yang terpotong dan cela-cela badan. Dan wajib mengalirkan air ke bagian di bawah kulupnya orang yang memiliki kulup (belum disunnat). Dan mengalirkan air ke bagian farji perempuan yang nampak saat ia duduk untuk buang hajat. Di antara bagian badan yang wajib dibasuh adalah masrabah (tempat keluarnya kotoran (Bol : jawa). Karena sesungguhnya bagian itu nampak saat buang hajat sehingga termasuk dari badan bagian luar. Sunnahnya mandi ada lima yaitu membaca basmalah,  Berwudhu secara sempurna sebelum mandi dengan niat untuk kesunnahan mandi apabila janabahnya sepi dari hadas kecil,  Menggerakkan dan menggosokkan tangan pada tubuh yang terjangkau tangan. Pergerakan tangan ini disebut dengan dalk (menggosok).  Bersegera (muwalat) yang maknanya sudah dijelaskan dalam bab wudhu. Mendahulukan yang kanan dari dua sisi tubuh dan mengakhirkan yang kiri.  Masih ada sunnah-sunnahnya mandi yang disebut dalam kitab mabsutot salah satunya menigalikan dan menyela-nyela rambut.

 (فصل): والاغتسالات المسنونة سبعة عشر غسلا (غسل الجمعة) لحاضرها ووقته من الفجر الصادق  (و) غسل (العيدين) الفطر والأضحى، ويدخل وقت هذا الغسل بنصف الليل (والاستسقاء) أي طلب السقيا من الله  (والخسوف) للقمر (والكسوف) للشمس (والغسل من) أجل (غسل الميت) مسلماً كان أو كافراً  (و) غسل (الكافر إذا أسلم) إن لم يجنب في كفره أو لم تحض الكافرة، وإلا وجب الغسل بعد الإسلام في الأصح، وقيل يسقط إذا أسلم (والمجنون والمغمى عليه إذا أفاقا) ولم يتحقق منهما إنزال فإن تحقق منهما إنزال وجب الغسل على كل منهما  

(Fasal) mandi-mandi yang disunnahkan ada tujuh belas mandi. Yaitu mandi Jum’at bagi orang yang hendak menghadirinya. Dan waktunya mulai dari terbitnya fajar shadiq. Dan mandi dua hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adlha. Waktunya mandi ini mulai tengah malam. Mandi sholat istisqa’, yaitu meminta siraman dari Allah Swt. Mandi karena hendak melakukan sholat gerhana rembulan dan gerhana matahari. Dan mandi karena memandikan mayat orang Islam atau kafir. Dan mandinya orang kafir ketika masuk Islam jika dia tidak junub di masa kufurnya. Atau wanita kafir yang tidak mengalami haidl -saat masih kufur-. Jika junub atau haidl, maka wajib bagi mereka berdua untuk melakukan mandi setelah masuk Islam menurut pendapat al ashah. Ada yang mengatakan bahwa kewajiban mandinya telah gugur ketika masuk Islam. Dan mandinya orang gila atau pingsan ketika keduanya telah sembuh dan tidak dipastikan mereka berdua telah mengeluarkan sperma -saat belum sembuh-. Sehingga, jika dipastikan bahwa keduanya telah mengeluarkan sperma, maka wajib bagi mereka berdua untuk mandi.

 (والغسل عند) إرادة (الإحرام) ولا فرق في هذا الغسل بين بالغ وغيره، ولا بين مجنون وعاقل، ولا بين طاهر وحائض، فإن لم يجد المحرم الماء تيمم.  (و) الغسل (لدخول مكة) لمحرم بحج أو عمرة (وللوقوف بعرفة) في تاسع ذي الحجة (وللمبيت بمزدلفة ولرمي الجمار الثلاث) في أيام التشريق الثلاث، فيغتسل لرمي كل يوم منها غسلاً، أما رمي جمرة العقبة في يوم النحر، فلا يغتسل له لقرب زمنه من غسل الوقو ف (و) الغسل (للطواف) الصادق بطواف قدوم وإفاضة ووداع، وبقية الأغسال المسنونة مذكورة في المطولات.  

Mandi ketika hendak ihram. Dalam mandi ini, tidak ada perbedaan antara orang sudah baligh dan selainnya, antara orang gila dan orang yang memiliki akal sehat, antara orang yang suci dan wanita yang haidl. Jika orang yang ihram itu tidak menemukan air, maka sunnah melakukan tayammum. Mandi karena hendak masuk Makkah bagi orang yang ihram haji atau umrah. Mandi karena wukuf di Arafah pada tanggal sembilan Dzul Hijjah. Mandi karena untuk mabit (bermalam) di Muzdalifah, dan karena untuk melempar jumrah tsalats (tiga jumrah) pada tiga hari tasyrik. Maka dia sunnah melakukan mandi untuk melempar jumrah setiap hari dari tiga hari tasyrik. Sedangkan untuk melempar jumrah Aqabah di hari Nahar (hari raya kurban), maka dia tidak sunnah mandi karena hendak melakukannya, sebab waktunya terlalu dekat dari mandi untuk wukuf. Dan mandi karena untuk melakukan thawaf yang mencakup thawaf Qudum, Ifadlah dan Wada’. Sisa-sisa mandi yang disunnah telah dijelaskan di kitab-kitab yang panjang keterangan.


Selanjutnya klik disini

taq3

Fasal Farhunya Wudhu

 ‏( ﻓﺼﻞ ‏) : ﻓﻲ ﻓﺮﻭﺽ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ . ﻭﻫﻮ ﺑﻀﻢ ﺍﻟﻮﺍﻭ ﻓﻲ ﺍﻷﺷﻬﺮ ﺍﺳﻢ ﻟﻠﻔﻌﻞ، ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﻫﻨﺎ ﻭﺑﻔﺘﺢ ﺍﻟﻮﺍﻭ ﺍﺳﻢ ﻟﻤﺎ ﻳﺘﻮﺿﺄ ﺑﻪ، ﻭﻳﺸﺘﻤﻞ ﺍﻷﻭﻝ ﻋﻠﻰ ﻓﺮﻭﺽ ﻭﺳﻨﻦ، ﻭﺫﻛﺮ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﺍﻟﻔﺮﻭﺽ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ : ‏(ﻭﻓﺮﻭﺽ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺳﺘﺔ ﺃﺷﻴﺎﺀ ‏) ﺃﺣﺪﻫﺎ ‏( ﺍﻟﻨﻴﺔ ‏) ﻭﺣﻘﻴﻘﺘﻬﺎ ﺷﺮﻋﺎً ﻗﺼﺪ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﻣﻘﺘﺮﻧﺎً ﺑﻔﻌﻠﻪ، ﻓﺈﻥ ﺗﺮﺍﺧﻰ ﻋﻨﻪ ﺳﻤﻲ ﻋﺰﻣﺎً ﻭﺗﻜﻮﻥ ﺍﻟﻨﻴﺔ ‏(ﻋﻨﺪ ﻏﺴﻞ ‏) ﺃﻭﻝ ﺟﺰﺀ ﻣﻦ ‏( ﺍﻟﻮﺟﻪ ‏) ﺃﻱ ﻣﻘﺘﺮﻧﺔ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﻻ ﺑﺠﻤﻴﻌﻪ، ﻭﻻ ﺑﻤﺎ ﻗﺒﻠﻪ ﻭﻻ ﺑﻤﺎ ﺑﻌﺪﻩ، ﻓﻴﻨﻮﻱ ﺍﻟﻤﺘﻮﺿﻰﺀ ﻋﻨﺪ ﻏﺴﻞ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﺭﻓﻊ ﺣﺪﺙ ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺍﺛﻪ، ﺃﻭ ﻳﻨﻮﻱ ﺍﺳﺘﺒﺎﺣﺔ ﻣﻔﺘﻘﺮ، ﺇﻟﻰ ﻭﺿﻮﺀ، ﺃﻭ ﻳﻨﻮﻱ ﻓﺮﺽ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ، ﺃﻭ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻓﻘﻂ، ﺃﻭ ﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺪﺙ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﻘﻞ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺪﺙ ﻟﻢ ﻳﺼﺢ، ﻭﺇﺫﺍ ﻧﻮﻯ ﻣﺎ ﻳﻌﺘﺒﺮ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻨﻴﺎﺕ ﻭﺷﺮﻙ ﻣﻌﻪ ﻧﻴﺔ ﺗﻨﻈﻒ ﺃﻭ ﺗﺒﺮﺩ ﺻﺢ ﻭﺿﻮﺀﻩ

(Fasal) menjelaskan wardlu-wardlu wudlu’ Lafadz “al wudlu’” dengan terbaca dlammah huruf waunya, menurut pendapat yang paling masyhur adalah nama pekerjaannya. Dan dengan terbaca fathah huruf wa’unya “al wadlu’” adalah nama barang yang digunakan untuk melakukan wudlu’. Lafadz yang pertama (al wudlu’) mencakup beberapa fardlu dan beberapa kesunnahan. Fardunya wudhu’ ada Enam Mushannif menyebutkan fardlu-fardlunya wudlu’ di dalam perkatan beliau, “fardlunya wudlu’ ada enam perkara.” Niat wudlu’ Pertama adalah niat. Hakikat niat secara syara’ adalah menyengaja sesuatu besertaan dengan melakukannya. Jika melakukannya lebih akhir dari pada kesengajaannya, maka disebut ‘azm. Niat dilakukan saat membasuh awal bagian dari wajah. Maksudnya bersamaan dengan basuhan bagian tersebut, bukan sebelumnya dan bukan setelahnya. Sehingga, saat membasuh anggota tersebut, maka orang yang wudlu’ melakukan niat menghilangkan hadats dari hadats-hadats yang berada pada dirinya. Atau niat agar diperkenankan melakukan sesuatu yang membutuhkan wudlu’. Atau niat fardlunya wudlu’ atau niat wudlu’ saja. Atau niat bersuci dari hadats. Jika tidak menyebutkan kata “dari hadats” (hanya niat bersuci saja), maka wudlu’nya tidak syah. Ketika dia sudah melakukan niat yang dianggap syah dari niat-niat di atas, dan dia menyertakan niat membersihkan badan atau niat menyegarkan badan, maka hukum wudlu’nya tetap syah.

 ‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ‏( ﻏﺴﻞ ‏) ﺟﻤﻴﻊ ‏( ﺍﻟﻮﺟﻪ ‏) ﻭﺣﺪّﻩ ﻃﻮﻻً ﻣﺎ ﺑﻴﻦ ﻣﻨﺎﺑﺖ ﺷﻌﺮ ﺍﻟﺮﺃﺱ ﻏﺎﻟﺒﺎً ﻭﺁﺧﺮ ﺍﻟﻠﺤﻴﻴﻦ، ﻭﻫﻤﺎ ﺍﻟﻌﻈﻤﺎﻥ ﺍﻟﻠﺬﺍﻥ ﻳﻨﺒﺖ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ ﺍﻷﺳﻨﺎﻥ، ﺍﻟﺴﻔﻠﻰ ﻳﺠﺘﻤﻊ ﻣﻘﺪﻣﻬﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺬﻗﻦ، ﻭﻣﺆﺧﺮﻫﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻷﺫﻧﻴﻦ ﻭﺣﺪّﻩ ﻋﺮﺿﺎً ﻣﺎ ﺑﻴﻦ ﺍﻷﺫﻧﻴﻦ . ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﺷﻌﺮ ﺧﻔﻴﻒ ﺃﻭ ﻛﺜﻴﻒ، ﻭﺟﺐ ﺇﻳﺼﺎﻝ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻊ ﺍﻟﺒﺸﺮﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺤﺘﻪ، ﻭﺃﻣﺎ ﻟﺤﻴﺔ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻟﻜﺜﻴﻔﺔ ﺑﺄﻥ ﻟﻢ ﻳﺮ ﺍﻟﻤﺨﺎﻃﺐ ﺑﺸﺮﺗﻬﺎ ﻣﻦ ﺧﻼﻟﻬﺎ، ﻓﻴﻜﻔﻲ ﻏﺴﻞ ﻇﺎﻫﺮﻫﺎ ﺑﺨﻼﻑ ﺍﻟﺨﻔﻴﻔﺔ، ﻭﻫﻲ ﻣﺎ ﻳﺮﻯ ﺍﻟﻤﺨﺎﻃﺐ ﺑﺸﺮﺗﻬﺎ، ﻓﻴﺠﺐ ﺇﻳﺼﺎﻝ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻟﺒﺸﺮﺗﻬﺎ، ﻭﺑﺨﻼﻑ ﻟﺤﻴﺔ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻭﺧﻨﺜﻰ، ﻓﻴﺠﺐ ﺇﻳﺼﺎﻝ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻟﺒﺸﺮﺗﻬﻤﺎ ﻭﻟﻮ ﻛﺜﻔﺎً، ﻭﻻ ﺑﺪ ﻣﻊ ﻏﺴﻞ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﻣﻦ ﻏﺴﻞ ﺟﺰﺀ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺃﺱ ﻭﺍﻟﺮﻗﺒﺔ ﻭﻣﺎ ﺗﺤﺖ ﺍﻟﺬﻗﻦ ‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ‏( ﻏﺴﻞ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺮﻓﻘﻴﻦ ‏) ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ ﻣﺮﻓﻘﺎﻥ ﺍﻋﺘﺒﺮ ﻗﺪﺭﻫﻤﺎ، ﻭﻳﺠﺐ ﻏﺴﻞ ﻣﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ ﻣﻦ ﺷﻌﺮ ‏( ﻭﺳﻠﻌﺔ، ﻭﺃﺻﺒﻊ ﺯﺍﺋﺪﺓ ﻭﺃﻇﺎﻓﻴﺮ، ﻭﻳﺠﺐ ﺇﺯﺍﻟﺔ ﻣﺎ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﻣﻦ ﻭﺳﺦ ﻳﻤﻨﻊ ﻭﺻﻮﻝ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺇﻟﻴﻪ ‏)

Fardlu kedua adalah membasuh seluruh wajah. Batasan panjang wajah adalah anggota di antara tempat-tempat yang umumnya tumbuh rambut kepala dan pangkalnya lahyaini (dua rahang). Lahyaini adalah dua tulang tempat tumbuhnya gigi bawah. Ujungnya bertemu di janggut dan pangkalnya berada di telinga. Dan batasan lebar wajah adalah anggota di antara kedua telinga. Ketika di wajah terdapat bulu yang tipis atau lebat, maka wajib mengalirkan air pada bulu tersebut beserta kulit yang berada di baliknya / di bawahnya. Namun untuk jenggotnya laki-laki yang lebat, dengan gambaran orang yang diajak bicara tidak bisa melihat kulit yang berada di balik jenggot tersebut dari sela- selanya, maka cukup dengan membasuh bagian luarnya saja. Berbeda dengan jenggot yang tipis, yaitu jenggot yang mana kulit yang berada di baliknya bisa terlihat oleh orang yang diajak bicara, maka wajib mengalirkan air hingga ke bagian kulit di baliknya. Dan berbeda lagi dengan jenggotnya perempuan dan khuntsa, maka wajib mengalirkan air ke bagian kulit yang berada di balik jenggot keduanya, walaupun jenggotnya lebat. Di samping membasuh seluruh wajah, juga harus membasuh sebagian dari kepala, leher dan anggota di bawah janggut[1]. Fardlu yang ketiga adalah membasuh kedua tangan hingga kedua siku. Jika seseorang tidak memiliki kedua siku, maka yang dipertimbangkan adalah kira-kiranya. Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua tangan, yaitu bulu, uci-uci, jari tambahan dan kuku. Dan wajib menghilangkan perkara yang berada di bawah kuku, yaitu kotoran-kotoran yang bisa mencegah masuknya air.
Footnote [1] Karena untuk memastikan bahwa seluruh bagian wajah telah terbasuh. Sebab tidak bisa diyaqini bahwa seluruh wajah telah terbasuh kecuali dengan membasuh bagian-bagian itu juga.

 ‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ‏(ﻣﺴﺢ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺮﺃﺱ ‏) ﻣﻦ ﺫﻛﺮ ﺃﻭ ﺃﻧﺜﻰ ﺃﻭ ﺧﻨﺜﻰ، ﺃﻭ ﻣﺴﺢ ﺑﻌﺾ ﺷﻌﺮ ﻓﻲ ﺣﺪ ﺍﻟﺮﺃﺱ . ﻭﻻ ﺗﺘﻌﻴﻦ ﺍﻟﻴﺪ ﻟﻠﻤﺴﺢ، ﺑﻞ ﻳﺠﻮﺯ ﺑﺨﺮﻗﺔ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ، ﻭﻟﻮ ﻏﺴﻞ ﺭﺃﺳﻪ ﺑﺪﻝ ﻣﺴﺤﻬﺎ ﺟﺎﺯ ﻭﻟﻮ ﻭﺿﻊ ﻳﺪﻩ ﺍﻟﻤﺒﻠﻮﻟﺔ، ﻭﻟﻢ ﻳﺤﺮﻛﻬﺎ ﺟﺎﺯ ‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﺨﺎﻣﺲ ‏( ﻏﺴﻞ ﺍﻟﺮﺟﻠﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻌﺒﻴﻦ ‏) ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺍﻟﻤﺘﻮﺿﻰﺀ ﻻﺑﺴﺎً ﻟﻠﺨﻔﻴﻦ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻻﺑﺴﻬﻤﺎ ﻭﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﺴﺢ ﺍﻟﺨﻔﻴﻦ ﺃﻭ ﻏﺴﻞ ﺍﻟﺮﺟﻠﻴﻦ، ﻭﻳﺠﺐ ﻏﺴﻞ ﻣﺎ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﺷﻌﺮ ﻭﺳﻠﻌﺔ ﻭﺃﺻﺒﻊ ﺯﺍﺋﺪﺓ ﻛﻤﺎ ﺳﺒﻖ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ ‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﺴﺎﺩﺱ ‏( ﺍﻟﺘﺮﺗﻴﺐ ‏) ﻓﻲ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ‏( ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ‏) ﺃﻱ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﺍﻟﺬﻱ ‏(ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ ‏) ﻓﻲ ﻋﺪ ﺍﻟﻔﺮﻭﺽ، ﻓﻠﻮ ﻧﺴﻲ ﺍﻟﺘﺮﺗﻴﺐ ﻟﻢ ﻳﻜﻒ، ﻭﻟﻮ ﻏﺴﻞ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﻋﻀﺎﺀﻩ ﺩﻓﻌﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﺑﺈﺫﻧﻪ ﺍﺭﺗﻔﻊ ﺣﺪﺙ ﻭﺟﻬﻪ ﻓﻘﻂ . 
 
Fardlu yang ke empat adalah mengusap sebagian kepala, baik laki-laki atau perempuan. Atau mengusap sebagian rambut yang masih berada di batas kepala. Tidak harus menggunakan tangan untuk mengusap kepala, bahkan bisa dengan kain atau yang lainnya. Seandainya dia membasuh kepala sebagai ganti dari mengusapnya, maka diperkenankan. Dan seandainya dia meletakkan (di atas kepala) tangannya yang telah di basahi dan tidak mengerakkannya, maka diperkenankan. Fardlu yang ke lima adalah membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, jika orang yang melaksanakan wudlu’ tersebut tidak mengenakan dua muza. Jika dia mengenakan dua muza, maka wajib bagi dia untuk mengusap kedua muza atau membasuh kedua kaki. Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua kaki, yaitu bulu, daging tambahan, dan jari tambahan sebagaimana keterangan yang telah dijelaskan di dalam permasalahan kedua tangan. Fardlu yang ke enam adalah tertib di dalam pelaksanaan wudlu’ sesuai dengan cara yang telah saya jelaskan di dalam urutan fardlu-fardlunya wudlu’. Sehingga, kalau lupa tidak tertib, maka wudlu’ yang dilaksanakan tidak mencukupi. Seandainya ada empat orang yang membasuh seluruh anggota wudlu’nya seseorang sekaligus dengan seizinnya, maka yang hilang hanya hadats wajahnya saja. 
Fasal Sunnahnya Wudhu

 ‏( ﻭﺳﻨﻨﻪ ‏) ﺃﻱ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ‏( ﻋﺸﺮﺓ ﺃﺷﻴﺎﺀ ‏) ﻭﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﻧﺴﺦ ﺍﻟﻤﺘﻦ ﻋﺸﺮ ﺧﺼﺎﻝ ‏( ﺍﻟﺘﺴﻤﻴﺔ ‏) ﺃﻭﻟﻪ ﻭﺃﻓﻠﻬﺎ ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺃﻛﻤﻠﻬﺎ ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ، ﻓﺈﻥ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﺘﺴﻤﻴﺔ ﺃﻭﻟﻪ ﺃﺗﻰ ﺑﻬﺎ ﻓﻲ ﺃﺛﻨﺎﺋﻪ، ﻓﺈﻥ ﻓﺮﻍ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻟﻢ ﻳﺄﺕ ﺑﻬﺎ ‏(ﻭﻏﺴﻞ ﺍﻟﻜﻔﻴﻦ ‏) ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻮﻋﻴﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻤﻀﻤﻀﺔ ﻭﻳﻐﺴﻠﻬﻤﺎ ﺛﻼﺛﺎً ﺇﻥ ﺗﺮﺩﺩ ﻓﻲ ﻃﻬﺮﻫﻤﺎ . ‏( ﻗﺒﻞ ﺇﺩﺧﺎﻟﻬﻤﺎ ﺍﻹﻧﺎﺀ ‏) ﺍﻟﻤﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﺀ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻘﻠﺘﻴﻦ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﻐﺴﻠﻬﻤﺎ ﻛﺮﻩ ﻟﻪ ﻏﻤﺴﻬﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻹﻧﺎﺀ، ﻭﺇﻥ ﺗﻴﻘﻦ ﻃﻬﺮﻫﻤﺎ ﻟﻢ ﻳﻜﺮﻩ ﻟﻪ ﻏﻤﺴﻬﻤﺎ . ‏(ﻭﺍﻟﻤﻀﻤﻀﺔ ‏) ﺑﻌﺪ ﻏﺴﻞ ﺍﻟﻜﻔﻴﻦ، ﻭﻳﺤﺼﻞ ﺃﺻﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺈﺩﺧﺎﻝ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻢ ﺳﻮﺍﺀ ﺃﺩﺍﺭﻩ ﻓﻴﻪ ﻭﻣﺠﻪ ﺃﻡ ﻻ، ﻓﺈﻥ ﺃﺭﺍﺩ ﺍﻷﻛﻤﻞ ﻣﺠﻪ ‏( ﻭﺍﻻﺳﺘﻨﺸﺎﻕ ‏) ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻤﻀﻤﻀﺔ ﻭﻳﺤﺼﻞ ﺃﺻﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﻴﻪ ﺑﺈﺩﺧﺎﻝ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻷﻧﻒ ﺳﻮﺍﺀ ﺟﺬﺑﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ ﺇﻟﻰ ﺧﻴﺎﺷﻤﻪ ﻭﻧﺜﺮﻩ ﺃﻡ ﻻ، ﻓﺈﻥ ﺃﺭﺍﺩ ﺍﻷﻛﻤﻞ ﻧﺜﺮﻩ ﻭﺍﻟﺠﻤﻊ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻤﻀﻤﻀﺔ ﻭﺍﻻﺳﺘﻨﺸﺎﻕ ﺑﺜﻼﺙ ﻏﺮﻑ، ﻳﺘﻤﻀﻤﺾ ﻣﻦ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﺎ ﺛﻢ ﻳﺴﺘﻨﺸﻖ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺼﻞ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ .

Kesunnahan-kesunnahan wudlu’ ada sepuluh perkara. Dalam sebagian redaksi matan diungkapkan dengan bahasa ”sepuluh khishal”. Yaitu membaca basmalah di awal pelaksanaan wudlu’. Minimal bacaan basmalah adalah bismillah. Dan yang paling sempurna adalah bismillahirrahmanirrahim. Jika tidak membaca basmalah di awal wudlu’, maka sunnah melakukannya di pertengahan pelaksanaan. Jika sudah selesai melaksanakan wudlu’-dan belum sempat membaca basmalah-, maka tidak sunnah untuk membacanya. Dan membasuh kedua telapak tangan hingga kedua pergelangan tangan sebelum berkumur. Dan membasuh keduanya tiga kali jika masih ragu- ragu akan kesuciannya, sebelum memasukkannya ke dalam wadah yang menampung air kurang dari dua Qullah. Sehingga, jika belum membasuh keduanya, maka bagi dia di makruhkan memasukkannya ke dalam wadah air. Jika telah yaqin akan kesucian keduanya, maka bagi dia tidak dimakruhkan untuk memasukkannya ke dalam wadah. Dan berkumur setelah membasuh kedua telapak tangan. Kesunnahan berkumur sudah bisa hasil / didapat dengan memasukkan air ke dalam mulut, baik di putar-putar di dalamnya kemudian di muntahkan ataupun tidak. Jika ingin mendapatkan yang paling sempurna, maka dengan cara memuntahkannya. Dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) setelah berkumur. Kesunnahan istinsyaq sudah bisa didapat dengan memasukkan air ke dalam hidung, baik ditarik dengan nafasnya hingga ke janur hidung lalu menyemprotkannya ataupun tidak. Jika ingin mendapatkan yang paling sempurna, maka dia harus mennyemprotkannya. Mubalaghah (mengeraskan) di anjurkan saat berkumur dan istinsyaq. Mengumpulkan berkumur dan istinsyaq dengan tiga cidukan air, yaitu berkumur dari setiap cidukan kemudian istinsyaq, adalah sesuatu yang lebih utama daripada memisah di antara keduanya.

 ‏(ﻭﻣﺴﺢ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﺮﺃﺱ ‏) ﻭﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﻧﺴﺦ ﺍﻟﻤﺘﻦ ﻭﺍﺳﺘﻴﻌﺎﺏ ﺍﻟﺮﺃﺱ ﺑﺎﻟﻤﺴﺢ،ﺃﻣﺎ ﻣﺴﺢ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺮﺃﺱ، ﻓﻮﺍﺟﺐ ﻛﻤﺎ ﺳﺒﻖ، ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﻧﺰﻉ ﻣﺎ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻪ ﻣﻦ ﻋﻤﺎﻣﺔ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻛﻤﻞ ﺑﺎﻟﻤﺴﺢ ﻋﻠﻴﻬﺎ . ‏(ﻭﻣﺴﺢ ‏) ﺟﻤﻴﻊ ‏(ﺍﻷﺫﻧﻴﻦ ﻇﺎﻫﺮﻫﻤﺎ ﻭﺑﺎﻃﻨﻬﻤﺎ ﺑﻤﺎﺀ ﺟﺪﻳﺪ ‏) ﺃﻱ ﻏﻴﺮ ﺑﻠﻞ ﺍﻟﺮﺃﺱ، ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﻲ ﻛﻴﻔﻴﺔ ﻣﺴﺤﻬﻤﺎ ﺃﻥ ﻳﺪﺧﻞ ﻣﺴﺒﺤﺘﻴﻪ ﻓﻲ ﺻﻤﺎﺧﻴﻪ، ﻭﻳﺪﻳﺮﻫﻤﺎ، ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻌﺎﻃﻒ، ﻭﻳﻤﺮّ ﺇﺑﻬﺎﻣﻴﻪ ﻋﻠﻰ ﻇﻬﻮﺭﻫﻤﺎ، ﺛﻢ ﻳﻠﺼﻖ ﻛﻔﻴﻪ، ﻭﻫﻤﺎ ﻣﺒﻠﻮﻟﺘﺎﻥ ﺑﺎﻷﺫﻧﻴﻦ ﺍﺳﺘﻈﻬﺎﺭﺍً . ‏(ﻭﺗﺨﻠﻴﻞ ﺍﻟﻠﺤﻴﺔ ﺍﻟﻜﺜﺔ ‏) ﺑﻤﺜﻠﺜﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺃﻣﺎ ﻟﺤﻴﺔ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻟﺨﻔﻴﻔﺔ، ﻭﻟﺤﻴﺔ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻭﺍﻟﺨﻨﺜﻰ، ﻓﻴﺠﺐ ﺗﺨﻠﻴﻠﻬﻤﺎ ﻭﻛﻴﻔﻴﺘﻪ ﺃﻥ ﻳﺪﺧﻞ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺃﺻﺎﺑﻌﻪ ﻣﻦ ﺃﺳﻔﻞ ﺍﻟﻠﺤﻴﺔ ‏(ﻭﺗﺨﻠﻴﻞ ﺃﺻﺎﺑﻊ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺮﺟﻠﻴﻦ ‏) ﺇﻥ ﻭﺻﻞ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺗﺨﻠﻴﻞ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺼﻞ ﺇﻻ ﺑﻪ، ﻛﺎﻷﺻﺎﺑﻊ ﺍﻟﻤﻠﺘﻔﺔ ﻭﺟﺐ ﺗﺨﻠﻴﻠﻬﺎ، ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺘﺄﺕ ﺗﺨﻠﻴﻠﻬﺎ ﻻﻟﺘﺤﺎﻣﻬﺎ ﺣﺮﻡ ﻓﺘﻘﻬﺎ ﻟﻠﺘﺨﻠﻴﻞ، ﻭﻛﻴﻔﻴﺔ ﺗﺨﻠﻴﻞ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ ﺑﺎﻟﺘﺸﺒﻴﻚ ﻭﺍﻟﺮﺟﻠﻴﻦ ﺑﺄﻥ ﻳﺒﺪﺃ ﺑﺨﻨﺼﺮ ﻳﺪﻩ ﺍﻟﻴﺴﺮﻯ ﻣﻦ ﺃﺳﻔﻞ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﺒﺘﺪﺋﺎً ﺑﺨﻨﺼﺮ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺍﻟﻴﻤﻨﻰ ﺧﺎﺗﻤﺎً ﺑﺨﻨﺼﺮ ﺍﻟﻴﺴﺮﻯ 

Dan mengusap seluruh bagian kepala. Dalam sebagian redaksi matan diungkapkan dengan bahasa “dan meratakan kepala dengan usapan”. Sedangkan untuk mengusap sebagian kepala hukumnya adalah wajib sebagaimana keterangan di depan. Dan seandainya tidak ingin melepas sesuatu yang berada di kepalanya yaitu surban atau sesamanya, maka dia disunnahkan menyempurnakan usapan air itu ke seluruh surbannya. Dan mengusap seluruh bagian kedua telinga, bagian luar dan dalamnya dengan menggunakan air yang baru, maksudnya bukan basah-basah sisa usapan kepala. Dan yang sunnah di dalam cara mengusap keduanya adalah ia memasukkan kedua jari telunjuk ke lubang telinganya, memutar-mutar keduanya ke lipatan-lipatan telinga dan menjalankan kedua ibu jari di telinga bagian belakang, kemudian menempelkan kedua telapak tangannya yang dalam keadaan basah pada kedua telinganya guna memastikan meratanya usapan air ke telinga. Dan menyelah-nyelahi bulu jenggotnya orang laki-laki yang tebal. Lafadz ”al katstsati” dengan menggunakan huruf yang di beri titik tiga (huruf tsa’). Sedangkan jenggotnya laki-laki yang tipis, jenggotnya perempuan dan khuntsa, maka wajib untuk diselah- selahi. Cara menyelah-nyelahi adalah seorang laki-laki memasukkan jari-jari tangannya dari arah bawah jenggot. Dan sunnah menyelah-nyelahi jari-jari kedua tangan dan kaki, jika air sudah bisa sampai pada bagian- bagian tersebut tanpa diselah-selahi. Jika air tidak bisa sampai pada bagian tersebut kecuali dengan cara diselah-selahi seperti jari-jari yang menempel satu sama lain, maka wajib untuk diselah-selahi. Jika jari-jari yang menempel itu sulit untuk diselah- selahi karena terlalu melekat, maka haram di sobek karena tujuan untuk diselah-selahi. Cara menyelah-nyelahi kedua tangan adalah dengan tasybik. Dan cara menyelah-nyelahi kedua kaki adalah dengan menggunakan jari kelingking tangan kanan di masukkan dari arah bawah kaki, di mulai dari selah- selah jari kelingking kaki kanan dan di akhiri dengan jari kelingking kaki kiri.

‏(ﻭﺗﻘﺪﻳﻢ ﺍﻟﻴﻤﻨﻰ ‏) ﻣﻦ ﻳﺪﻳﻪ ﻭﺭﺟﻠﻴﻪ ‏(ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻴﺴﺮﻯ ‏) ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻌﻀﻮﺍﻥ ﺍﻟﻠﺬﺍﻥ ﻳﺴﻬﻞ ﻏﺴﻠﻬﻤﺎ ﻣﻌﺎً ﻛﺎﻟﺨﺪﻳﻦ ﻓﻼ ﻳﻘﺪﻡ ﺍﻟﻴﻤﻴﻦ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺑﻞ ﻳﻄﻬﺮﺍﻥ ﺩﻓﻌﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ، ﻭﺫﻛﺮ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﺳﻨﻴﺔ ﺗﺜﻠﻴﺚ ﺍﻟﻌﻀﻮ ﺍﻟﻤﻐﺴﻮﻝ ﻭﺍﻟﻤﻤﺴﻮﺡ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ‏(ﻭﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﺛﻼﺛﺎً ﺛﻼﺛﺎً ‏) ﻭﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺴﺦ ﺍﻟﺘﻜﺮﺍﺭ، ﺃﻱ ﻟﻠﻤﻐﺴﻮﻝ ﻭﺍﻟﻤﻤﺴﻮﺡ، ‏( ﻭﺍﻟﻤﻮﺍﻻﺓ ‏) ﻭﻳﻌﺒﺮ ﻋﻨﻬﺎ ﺑﺎﻟﺘﺘﺎﺑﻊ، ﻭﻫﻲ ﺃﻥ ﻻ ﻳﺤﺼﻞ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﻌﻀﻮﻳﻦ ﺗﻔﺮﻳﻖ ﻛﺜﻴﺮ، ﺑﻞ ﻳﻄﻬﺮ ﺍﻟﻌﻀﻮ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻌﻀﻮ ﺑﺤﻴﺚ ﻻ ﻳﺠﻒ ﺍﻟﻤﻐﺴﻮﻝ ﻗﺒﻠﻪ ﻣﻊ ﺍﻋﺘﺪﺍﻝ ﺍﻟﻬﻮﺍﺀ ﻭﺍﻟﻤﺰﺍﺝ ﻭﺍﻟﺰﻣﺎﻥ، ﻭﺇﺫﺍ ﺛﻠﺚ ﻓﺎﻻﻋﺘﺒﺎﺭ ﺑﺂﺧﺮ ﻏﺴﻠﺔ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺗﻨﺪﺏ ﺍﻟﻤﻮﺍﻻﺓ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﻭﺿﻮﺀ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻀﺮﻭﺭﺓ، ﺃﻣﺎ ﻫﻮ ﻓﺎﻟﻤﻮﺍﻻﺓ ﻭﺍﺟﺒﺔ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ . ﻭﺑﻘﻲ ﻟﻠﻮﺿﻮﺀ ﺳﻨﻦ ﺃﺧﺮﻯ ﻣﺬﻛﻮﺭﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻄﻮﻻﺕ .   
Dan sunnah mendahulukan bagian kanan dari kedua tangan dan kaki sebelum bagian kiri dari keduanya. Sedangkan untuk dua anggota yang mudah dibasuh secara bersamaan seperti kedua pipi, maka tidak disunnahkan untuk mendahulukan bagian yang kanan dari keduanya, akan tetapi keduanya di sucikan secara bersamaan. Mushannif menyebutkan kesunnahan mengulangi basuhan dan usapan anggota wudlu’ sebanyak tiga kali di dalam perkataan beliau, “dan sunnah melakukan bersuci tiga kali tiga kali.” Dalam sebagian teks diungkapkan dengan bahasa “mengulangi anggota yang dibasuh dan yang diusap.” Dan muwallah (terus menerus). Muwallah diungkapkan dengan bahasa “tatabbu’”(terus menerus). Muwallah adalah antara dua anggota wudlu’ tidak terjadi perpisahan yang lama, bahkan setiap anggota langsung disucikan setelah mensucikan anggota sebelumnya, sekira anggota yang dibasuh sebelumnya belum kering dengan keaadan angin, cuaca dan zaman dalam keadaan normal. Ketika mengulangi basuhan hingga tiga kali, maka yang jadi patokan adalah basuhan yang terakhir. Muwallah hanya disunnahkan di selain wudlu’nya shahibud dlarurah (orang yang memiliki keadaan darurat). Sedangan untuk shahibur dlarurah, maka muwallah hukumnya wajib bagi dia. Dan masih ada lagi kesunnahan-kesunnahan wudlu’ lainnya yang disebutkan di dalam kitab-kitab yang panjang keterangannya.

Selanjutnya klik disini

Kamis, 05 November 2020

fathul qorib2 bersuci

 ﻛﺘﺎﺏ ﺃﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ 

ﻭﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻟﻐﺔ ﻣﺼﺪﺭ ﺑﻤﻌﻨﻰ ﺍﻟﻀﻢ ﻭﺍﻟﺠﻤﻊ، ﻭﺍﺻﻄﻼﺣﺎً ﺍﺳﻢ ﻟﺠﻨﺲ ﻣﻦ ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ، ﺃﻣﺎ ﺍﻟﺒﺎﺏ ﻓﺎﺳﻢ ﻟﻨﻮﻉ ﻣﻤﺎ ﺩﺧﻞ ﺗﺤﺖ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺠﻨﺲ، ﻭﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﺑﻔﺘﺢ ﺍﻟﻈﺎﺀ ﻟﻐﺔ ﺍﻟﻨﻈﺎﻓﺔ، ﻭﺃﻣﺎ ﺷﺮﻋﺎً ﻓﻔﻴﻬﺎ ﺗﻔﺎﺳﻴﺮ ﻛﺜﻴﺮﺓ، ﻣﻨﻬﺎ ﻗﻮﻟﻬﻢ ﻓﻌﻞ ﻣﺎ ﺗﺴﺘﺒﺎﺡ ﺑﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ، ﺃﻱ ﻣﻦ ﻭﺿﻮﺀ ﻭﻏﺴﻞ ﻭﺗﻴﻤﻢ ﻭﺇﺯﺍﻟﺔ ﻧﺠﺎﺳﺔ، ﺃﻣﺎ ﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﺑﺎﻟﻀﻢ ﻓﺎﺳﻢ ﻟﺒﻘﻴﺔ ﺍﻟﻤﺎﺀ . ﻭﻟﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺁﻟﺔ ﻟﻠﻄﻬﺎﺭﺓ، ﺍﺳﺘﻄﺮﺩ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﻷﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻤﻴﺎﻩ ﻓﻘﺎﻝ : ‏( ﺍﻟﻤﻴﺎﻩ ﺍﻟﺘﻲ ﻳﺠﻮﺯ ‏) ﺃﻱ ﻳﺼﺢ ‏( ﺍﻟﺘﻄﻬﻴﺮ ﺑﻬﺎ ﺳﺒﻊ ﻣﻴﺎﻩ ﻣﺎﺀ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ‏) ﺃﻱ ﺍﻟﻨﺎﺯﻝ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﻄﺮ ‏( ﻭﻣﺎﺀ ﺍﻟﺒﺤﺮ ‏) ﺃﻱ ﺍﻟﻤﻠﺢ ‏( ﻭﻣﺎﺀ ﺍﻟﻨﻬﺮ ‏) ﺃﻱ ﺍﻟﺤﻠﻮ ‏( ﻭﻣﺎﺀ ﺍﻟﺒﺌﺮ ﻭﻣﺎﺀ ﺍﻟﻌﻴﻦ ﻭﻣﺎﺀ ﺍﻟﺜﻠﺞ ﻭﻣﺎﺀ ﺍﻟﺒﺮﺩ ‏) ﻭﻳﺠﻤﻊ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺴﺒﻌﺔ ﻗﻮﻟﻚ : ﻣﺎ ﻧﺰﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺃﻭ ﻧﺒﻊ ﻣﻦ ﺍﻷﺭﺽ ﻋﻠﻰ ﺃﻱ ﺻﻔﺔ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﺻﻞ ﺍﻟﺨﻠﻘﺔ 

Kitab Hukum Bersuci 

Kitab menurut bahasa berarti mengumpulkan. Sedangkan menurut istilah adalah kumpulan dari beberapa hukum. Pengertian Thoharoh berasal dari kata annazhofat 
( ﺍﻟﻨﻈﺎﻓﺔ)
 yang berarti bersuci. Sedangkan menurut istilah artinya suatu perbuatan yang menjadikan sahnya shalat seperti wudhu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis.
 sedangkan tuharot
 (ﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ)
 berarti alat untuk bersuci. Tujuh Macam Air Suci Air yang sah di gunakan untuk toharoh ada 7: Air langit(air yang turan dari langit/air hujan) Air laut(air asin) Air sungai (air tawar) Air mata air(air yang keluar dari bumi) Air salju/air es Air sumur Air embun Ketujuh air itu di katakan air yang turun dari langit dan keluar dari bumi dari beberapa sifat asal terciptanya air tersebut. 

‏(ﺛﻢ ﺍﻟﻤﻴﺎﻩ ‏) ﺗﻨﻘﺴﻢ ‏( ﻋﻠﻰ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﻗﺴﺎﻡ ‏) ﺃﺣﺪﻫﺎ ‏( ﻃﺎﻫﺮ ‏) ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ‏(ﻣﻄﻬﺮ ‏) ﻟﻐﻴﺮﻩ ‏(ﻏﻴﺮ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ، ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﻄﻠﻖ ‏) ﻋﻦ ﻗﻴﺪ ﻻﺯﻡ ﻓﻼ ﻳﻀﺮ ﺍﻟﻘﻴﺪ ﺍﻟﻤﻨﻔﻚ، ﻛﻤﺎﺀ ﺍﻟﺒﺌﺮ ﻓﻲ ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻄﻠﻘﺎً ‏( ﻭ ‏) ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ‏(ﻃﺎﻫﺮ ﻣﻄﻬﺮ ﻣﻜﺮﻭﻩ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ‏) ﻓﻲ ﺍﻟﺒﺪﻥ ﻻ ﻓﻲ ﺍﻟﺜﻮﺏ‏( ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺸﻤﺲ ‏) ﺃﻱ ﺍﻟﻤﺴﺨﻦ ﺑﺘﺄﺛﻴﺮ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻓﻴﻪ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﻜﺮﻩ ﺷﺮﻋﺎً ﺑﻘﻄﺮ ﺣﺎﺭ ﻓﻲ ﺇﻧﺎﺀ ﻣﻨﻄﺒﻊ، ﺇﻻ ﺇﻧﺎﺀ ﺍﻟﻨﻘﺪ ﻟﺼﻔﺎﺀ ﺟﻮﻫﺮﻫﻤﺎ، ﻭﺇﺫﺍ ﺑﺮﺩ ﺯﺍﻟﺖ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ، ﻭﺍﺧﺘﺎﺭ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻋﺪﻡ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ ﻣﻄﻠﻘﺎً، ﻭﻳﻜﺮﻩ ﺃﻳﻀﺎً ﺷﺪﻳﺪ ﺍﻟﺴﺨﻮﻧﺔ ﻭﺍﻟﺒﺮﻭﺩﺓ ‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ‏( ﻃﺎﻫﺮ ‏) ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ‏(ﻏﻴﺮ ﻣﻄﻬﺮ ‏) ﻟﻐﻴﺮﻩ ‏( ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺘﻌﻤﻞ ‏) ﻓﻲ ﺭﻓﻊ ﺣﺪﺙ ﺃﻭ ﺇﺯﺍﻟﺔ ﻧﺠﺲ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺘﻐﻴﺮ، ﻭﻟﻢ ﻳﺰﺩ ﻭﺯﻧﻪ ﺑﻌﺪ ﺍﻧﻔﺼﺎﻟﻪ ﻋﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﺑﻌﺪ ﺍﻋﺘﺒﺎﺭ ﻣﺎ ﻳﺘﺸﺮّﺑﻪ ﺍﻟﻤﻐﺴﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺀ . ‏( ﻭﺍﻟﻤﺘﻐﻴﺮ ‏) ﺃﻱ ﻭﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﻐﻴﺮ ﺃﺣﺪ ﺃﻭﺻﺎﻓﻪ ‏( ﺑﻤﺎ ‏) ﺃﻱ ﺑﺸﻲﺀ ‏( ﺧﺎﻟﻄﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻄﺎﻫﺮﺍﺕ ‏) ﺗﻐﻴﺮﺍً ﻳﻤﻨﻊ ﺇﻃﻼﻕ ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻋﻠﻴﻪ، ﻓﺈﻧﻪ ﻃﺎﻫﺮ ﻏﻴﺮ ﻃﻬﻮﺭ ﺣﺴﻴّﺎً ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺘﻐﻴﺮ ﺃﻭ ﺗﻘﺪﻳﺮﻳﺎً، ﻛﺄﻥ ﺍﺧﺘﻠﻂ ﺑﺎﻟﻤﺎﺀ ﻣﺎ ﻳﻮﺍﻓﻘﻪ ﻓﻲ ﺻﻔﺎﺗﻪ ﻛﻤﺎﺀ ﺍﻟﻮﺭﺩ ﺍﻟﻤﻨﻘﻄﻊ ﺍﻟﺮﺍﺋﺤﺔ، ﻭﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺘﻌﻤﻞ ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﻤﻨﻊ ﺇﻃﻼﻕ ﺍﺳﻢ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺄﻥ ﻛﺎﻥ ﺗﻐﻴﺮﻩ ﺑﺎﻟﻄﺎﻫﺮ ﻳﺴﻴﺮﺍً، ﺃﻭ ﺑﻤﺎ ﻳﻮﺍﻓﻖ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻓﻲ ﺻﻔﺎﺗﻪ ﻭﻗﺪﺭ ﻣﺨﺎﻟﻔﺎً، ﻭﻟﻢ ﻳﻐﻴﺮﻩ ﻓﻼ ﻳﺴﻠﺐ ﻃﻬﻮﺭﻳﺘﻪ، ﻓﻬﻮ ﻣﻄﻬﺮ ﻟﻐﻴﺮﻩ، ﻭﺍﺣﺘﺮﺯ ﺑﻘﻮﻟﻪ ﺧﺎﻟﻄﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻄﺎﻫﺮ ﺍﻟﻤﺠﺎﻭﺭ ﻟﻪ، ﻓﺈﻧﻪ ﺑﺎﻕ ﻋﻠﻰ ﻃﻬﻮﺭﻳﺘﻪ، ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺘﻐﻴﺮ ﻛﺜﻴﺮﺍً ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﻤﺘﻐﻴﺮ ﺑﻤﺨﺎﻟﻂ، ﻻ ﻳﺴﺘﻐﻨﻲ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻋﻨﻪ ﻛﻄﻴﻦ ﻭﻃﺤﻠﺐ، ﻭﻣﺎ ﻓﻲ ﻣﻘﺮﻩ ﻭﻣﻤﺮﻩ، ﻭﺍﻟﻤﺘﻐﻴﺮ ﺑﻄﻮﻝ ﺍﻟﻤﻜﺚ ﻓﺈﻧﻪ ﻃﻬﻮﺭ . ‏
Kemudian air dibagi menjadi 4 bagian: a. Air suci mensucikan yaitu air yang belum isti’mal (belum digunakan sesuci wajib) atau air mutlaq b. Air suci mensucikan tetapi makruh digunakan di badan tidak di pakaian yaitu air yang dipanaskan menggumakan wadah yang tidak terbuat dari emas atau perak. Tetapi apabila sudah dingin maka hilanglah sifat kemakruhanya, menurut imam Nawawi juga dimakruhkan menggunakan air yang sangat panas atau sangat dingin karna menjadikan tidak sempurnanya bersuci. c. Air suci tapi tidak mensucikan yaitu air musta’mal .air yang sudah digunakan untuk menghilangkan najis atau untuk bersuci.walaupun tidak berubah ukuran air tersebut. Seprti air mawar yang berbau. 

(ﻭ ‏) ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ‏(ﻣﺎﺀ ﻧﺠﺲ ‏) ﺃﻱ ﻣﺘﻨﺠﺲ ﻭﻫﻮ ﻗﺴﻤﺎﻥ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻗﻠﻴﻞ ‏( ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﺣﻠﺖ ﻓﻴﻪ ﻧﺠﺎﺳﺔ ‏) ﺗﻐﻴﺮ ﺃﻡ ﻻ ‏( ﻭﻫﻮ ‏) ﺃﻱ ﻭﺍﻟﺤﺎﻝ ﺃﻧﻪ ﻣﺎﺀ ‏(ﺩﻭﻥ ﺍﻟﻘﻠﺘﻴﻦ ‏) ﻭﻳﺴﺘﺜﻨﻰ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﻤﻴﺘﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﺩﻡ ﻟﻬﺎ ﺳﺎﺋﻞ ﻋﻨﺪ ﻗﺘﻠﻬﺎ، ﺃﻭ ﺷﻖ ﻋﻀﻮ ﻣﻨﻬﺎ ﻛﺎﻟﺬﺑﺎﺏ ﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﻄﺮﺡ ﻓﻴﻪ، ﻭﻟﻢ ﺗﻐﻴﺮﻩ، ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﻳﺪﺭﻛﻬﺎ ﺍﻟﻄﺮﻑ، ﻓﻜﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻻ ﻳﻨﺠﺲ ﺍﻟﻤﺎﺋﻊ ﻭﻳﺴﺘﺜﻨﻰ ﺃﻳﻀﺎً ﺻﻮﺭ ﻣﺬﻛﻮﺭﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺒﺴﻮﻃﺎﺕ، ﻭﺃﺷﺎﺭ ﻟﻠﻘﺴﻢ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺴﻢ ﺍﻟﺮﺍﺑﻊ ﺑﻘﻮﻟﻪ : ‏(ﺃﻭ ﻛﺎﻥ ‏) ﻛﺜﻴﺮﺍً ‏( ﻗﻠﺘﻴﻦ ‏) ﻓﺄﻛﺜﺮ ‏( ﻓﺘﻐﻴﺮ ‏) ﻳﺴﻴﺮﺍً ﺃﻭ ﻛﺜﻴﺮﺍً . ‏( ﻭﺍﻟﻘﻠﺘﺎﻥ ﺧﻤﺴﻤﺎﺋﺔ ﺭﻃﻞ ﺑﻐﺪﺍﺩﻱ ﺗﻘﺮﻳﺒﺎً ﻓﻲ ﺍﻷﺻﺢ ‏) ﻓﻴﻬﻤﺎ ﻭﺍﻟﺮﻃﻞ ﺍﻟﺒﻐﺪﺍﺩﻱ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﺛﻤﺎﻧﻴﺔ ﻭﻋﺸﺮﻭﻥ ﺩﺭﻫﻤﺎً ﻭﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﺳﺒﺎﻉ ﺩﺭﻫﻢ، ﻭﺗﺮﻙ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﻗﺴﻤﺎً ﺧﺎﻣﺴﺎً ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﻄﻬﺮ ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ ﻛﺎﻟﻮﺿﻮﺀ ﺑﻤﺎﺀ ﻣﻐﺼﻮﺏ ﺃﻭ ﻣﺴﺒﻞ ﻟﻠﺸﺮﺏ .

 d. Air najis air yakni yang sudah terkena najis. Air najis ada dua bagian : (i) Air yang terkena najis walaupun tidak berubah yaitu air yang kurang dari dua qulah; (ii) Air yang lebih dari dua qullah tetapi berubah baik banyak maupun sedikit. Dua kolah menurut ukuran baghdat yaitu 500 kathi, sedangkan menurut imam nawawi adalah 180 dirham . menurut pengarang kitab ada air yang suci tapi haram digunakan atau diminum yaitu air yang di ghosab (air milik orang lain yang 

‏( ﻓﺼﻞ ‏) : ﻓﻲ ﺫﻛﺮ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺍﻷﻋﻴﺎﻥ ﺍﻟﻤﺘﻨﺠﺴﺔ ﻭﻣﺎ ﻳﻄﻬﺮ ﻣﻨﻬﺎ ﺑﺎﻟﺪﺑﺎﻍ ﻭﻣﺎ ﻻ ﻳﻄﻬﺮ . ‏(ﻭﺟﻠﻮﺩ ﺍﻟﻤﻴﺘﺔ ‏) ﻛﻠﻬﺎ ‏(ﺗﻄﻬﺮ ﺑﺎﻟﺪﺑﺎﻍ ‏) ﺳﻮﺍﺀ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻣﻴﺘﺔ ﻣﺄﻛﻮﻝ ﺍﻟﻠﺤﻢ ﻭﻏﻴﺮﻩ . ﻭﻛﻴﻔﻴﺔ ﺍﻟﺪﺑﻎ ﺃﻥ ﻳﻨﺰﻉ ﻓﻀﻮﻝ ﺍﻟﺠﻠﺪ ﻣﻤﺎ ﻳﻌﻔﻨﻪ ﻣﻦ ﺩﻡ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﺑﺸﻲﺀ ﺣﺮﻳﻒ ﻛﻌﻔﺺ، ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺤﺮﻳﻒ ﻧﺠﺴﺎً ﻛﺬﺭﻕ ﺣﻤﺎﻡ ﻛﻔﻰ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﺑﻎ ‏( ﺇﻻ ﺟﻠﺪ ﺍﻟﻜﻠﺐ ﻭﺍﻟﺨﻨﺰﻳﺮ ﻭﻣﺎ ﺗﻮﻟﺪ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﺃﻭ ﻣﻦ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ‏) ﻣﻊ ﺣﻴﻮﺍﻥ ﻃﺎﻫﺮ ﻓﻼ ﻳﻄﻬﺮ ﺑﺎﻟﺪﺑﺎﻍ ‏( ﻭﻋﻈﻢ ﺍﻟﻤﻴﺘﺔ ﻭﺷﻌﺮﻫﺎ ﻧﺠﺲ ‏) ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﻤﻴﺘﺔ ﺃﻳﻀﺎً ﻧﺠﺴﺔ ﻭﺃﺭﻳﺪ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﺰﺍﺋﻠﺔ ﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﺑﻐﻴﺮ ﺫﻛﺎﺓ ﺷﺮﻋﻴﺔ، ﻓﻼ ﻳﺴﺘﺜﻨﻰ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺟﻨﻴﻦ ﺍﻟﻤﺬﻛﺎﺓ ﺇﺫﺍ ﺧﺮﺝ ﻣﻦ ﺑﻄﻦ ﺃﻣﻪ ﻣﻴﺘﺎً، ﻷﻥ ﺫﻛﺎﺗﻪ ﻓﻲ ﺫﻛﺎﺓ ﺃﻣﻪ، ﻭﻛﺬﺍ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺘﺜﻨﻴﺎﺕ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺒﺴﻮﻃﺎﺕ، ﺛﻢ ﺍﺳﺘﺜﻨﻰ ﻣﻦ ﺷﻌﺮ ﺍﻟﻤﻴﺘﺔ ﻗﻮﻟﻪ ‏( ﺇﻻ ﺍﻵﺩﻣﻲّ ‏) ﺃﻱ ﻓﺈﻥ ﺷﻌﺮﻩ ﻃﺎﻫﺮ ﻛﻤﻴﺘﺘﻪ .

 Fasal) menjelaskan tentang barang-barang najis, barang-barang najis yang bisa suci dengan cara di- samak dan yang tidak bisa suci (dengan cara di- samak). Kulit Bangkai Bisa Suci dengan Disamak Kulit bangkai semuanya bisa suci dengan cara di- samak. Dalam hal itu baik bangkai binatang yang halal dimakan dan yang tidak halal dimakan. Tata Cara Menyamak Tata cara menyamak adalah menghilangkan fudlulul (hal-hal yang melekat) kulit yang bisa membuat busuk yaitu berupa darah dan sesamanya, dengan menggunakan barang yang asam / pahit seperti tanaman afshin[1]. Jika barang pahit yang digunakan itu najis seperti kotoran burung dara, maka sudah dianggap cukup dalam penyamakan. Benda yang Tidak Bisa Suci Walau Disamak Kecuali kulit bangkai anjing, babi, keturunan keduanya, atau keturunan salah satu dari keduanya hasil perkawinan dengan binatang yang suci. Maka kulit binatang-binatang ini tidak bisa suci dengan cara di- samak. Tulang dan bulunya bangkai hukumnya adalah najis. Begitu juga bangkainya itu sendiri hukumnya juga najis. Yang dikehendaki dengan bangkai adalah binatang yang mati sebab selain sembelihan secara syar’i. Kalau demikian, maka tidak perlu dikecualikan janinnya binatang yang disembelih (secara syar’i) yang keluar dari perut induknya dalam keadaan mati. Begitu juga bentuk-bentuk pengecualian lain yang dijelaskan di dalam kitab-kitab yang luas keterangannya. Kemudian mushannaif mengecuali-kan dari bulu bangkai yaitu ungkapan beliau yang berbunyi, “kecuali anak Adam.” Maksudnya, maka sesungguhnya rambut dan bulu anak Adam hukumnya suci.[ Footnote [1]Afshin; Sejenis tanaman yang berbau wangi dan rasanya pahit. 

‏( ﻓﺼﻞ ‏) : ﻓﻲ ﺑﻴﺎﻥ ﻣﺎ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻣﻦ ﺍﻷﻭﺍﻧﻲ ﻭﻣﺎ ﻳﺠﻮﺯ . ﻭﺑﺪﺃ ﺑﺎﻷﻭﻝ ﻓﻘﺎﻝ ‏( ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ‏) ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺿﺮﻭﺭﺓ ﻟﺮﺟﻞ ﺃﻭ ﺍﻣﺮﺃﺓ ‏(ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ‏) ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ‏( ﺃﻭﺍﻧﻲ ﺍﻟﺬﻫﺐ ﻭﺍﻟﻔﻀﺔ ‏) ﻻ ﻓﻲ ﺃﻛﻞ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺷﺮﺏ ﻭﻻ ﻏﻴﺮﻫﻤﺎ، ﻭﻛﻤﺎ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﺗﺨﺎﺫﻩ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻷﺻﺢ، ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺃﻳﻀﺎً ﺍﻹﻧﺎﺀ ﺍﻟﻤﻄﻠﻲّ ﺑﺬﻫﺐ ﺃﻭ ﻓﻀﺔ ﺇﻥ ﺣﺼﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻄﻼﺀ ﺷﻲﺀ ﺑﻌﺮﺿﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ . ‏( ﻭﻳﺠﻮﺯ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ‏) ﺇﻧﺎﺀ ‏( ﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ‏) ﺃﻱ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺬﻫﺐ ﻭﺍﻟﻔﻀﺔ ‏( ﻣﻦ ﺍﻷﻭﺍﻧﻲ ‏) ﺍﻟﻨﻔﻴﺴﺔ ﻛﺈﻧﺎﺀ ﻳﺎﻗﻮﺕ، ﻭﻳﺤﺮﻡ ﺍﻹﻧﺎﺀ ﺍﻟﻤﻀﺒﺐ ﺑﻀﺒﺔ ﻓﻀﺔ ﻛﺒﻴﺮﺓ ﻋﺮﻓﺎً ﻟﺰﻳﻨﺔ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻛﺒﻴﺮﺓ ﻟﺤﺎﺟﺔ ﺟﺎﺯ ﻣﻊ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ، ﺃﻭ ﺻﻐﻴﺮﺓ ﻋﺮﻓﺎً ﻟﺰﻳﻨﺔ ﻛﺮﻫﺖ، ﺃﻭ ﻟﺤﺎﺟﺔ ﻓﻼ ﺗﻜﺮﻩ، ﺃﻣﺎ ﺿﺒﺔ ﺍﻟﺬﻫﺐ ﻓﺘﺤﺮﻡ ﻣﻄﻠﻘﺎً ﻛﻤﺎ ﺻﺤﺤﻪ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ .

 (Fasal) menjelaskan wadah-wadah yang haram dipergunakan dan yang boleh dipergunakan. Mushannif mengawali dengan yang pertama (yang haram dipergunakan). Beliau berkata, “selain keadaan darurat, tidak diperkenankan bagi laki-laki dan perempuan untuk menggunakan sesuatu dari wadah- wadah yang terbuat dari emas dan perak. Tidak untuk makan, minum dan selain keduanya.” Sebagaimana haram menggunakan barang-barang yang telah disebutkan di atas, begitu juga haram menyimpannya tanpa digunakan menurut pendapat al ashah. Penyepuhan Dan juga haram menggunakan wadah yang disepuh dengan emas atau perak, jika ada sepuhan yang terpisah seandainya dipanggang di atas api. Wadah Selain Emas Dan Perak Diperbolehkan menggunakan wadah yang terbuat dari selain keduanya, yaitu selain emas dan perak, yaitu wadah-wadah yang indah seperti wadah yang terbuat dari yaqut. Tambalan Emas Dan Perak Haram menggunakan wadah yang ditambal dengan tambalan perak yang berukuran besar menurut ‘urf dengan tujuan berhias. Jika tambalan perak itu berukuran besar karena ada hajat, maka diperbolehkan namun makruh. Atau berukuran kecil secara ‘urf karena tujuan berhias, maka dimakruhkan. Atau karena hajat, maka tidak dimakruhkan. Adapun tambalan yang terbuat dari emas, maka hukumnya haram secara mutlak, sebagaimana yang disyahkan oleh imam an Nawawi.

 ‏( ﻓﺼﻞ ‏) : ﻓﻲ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺁﻟﺔ ﺍﻟﺴﻮﺍﻙ .
 ﻭﻫﻮ ﻣﻦ ﺳﻨﻦ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﻭﻳﻄﻠﻖ ﺍﻟﺴﻮﺍﻙ ﺃﻳﻀﺎً ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻳﺴﺘﺎﻙ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺃﺭﺍﻙ ﻭﻧﺤﻮﻩ . ‏(ﻭﺍﻟﺴﻮﺍﻙ ﻣﺴﺘﺤﺐ ﻓﻲ ﻛﻞ ﺣﺎﻝ ‏) ﻭﻻ ﻳﻜﺮﻩ ﺗﻨﺰﻳﻬﺎً ‏( ﺇﻻ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺰﻭﺍﻝ ﻟﻠﺼﺎﺋﻢ ‏) ﻓﺮﺿﺎً ﺃﻭ ﻧﻔﻼً، ﻭﻧﺰﻭﻝ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ ﺑﻐﺮﻭﺏ ﺍﻟﺸﻤﺲ، ﻭﺍﺧﺘﺎﺭ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻋﺪﻡ ﺍﻟﻜﺮﺍﻫﺔ ﻣﻄﻠﻘﺎً ‏(ﻭﻫﻮ ‏) ﺃﻱ ﺍﻟﺴﻮﺍﻙ ‏( ﻓﻲ ﺛﻼﺛﺔ ﻣﻮﺍﺿﻊ ﺃﺷﺪ ﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺑﺎً ‏) ﻣﻦ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﺃﺣﺪﻫﺎ ‏(ﻋﻨﺪ ﺗﻐﻴﺮ ﺍﻟﻔﻢ ﻣﻦ ﺃﺯﻡ ‏) ﻗﻴﻞ ﻫﻮ ﺳﻜﻮﺕ ﻃﻮﻳﻞ . ﻭﻗﻴﻞ ﺗﺮﻙ ﺍﻷﻛﻞ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻗﺎﻝ ‏(ﻭﻏﻴﺮﻩ ‏) ﻟﻴﺸﻤﻞ ﺗﻐﻴﺮ ﺍﻟﻔﻢ ﺑﻐﻴﺮ ﺃﺯﻡ ﻛﺄﻛﻞ ﺫﻱ ﺭﻳﺢ ﻛﺮﻳﻪ ﻣﻦ ﺛﻮﻡ ﻭﺑﺼﻞ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ . ‏(ﻭ ‏) ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ‏( ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ‏) ﺃﻱ ﺍﻻﺳﺘﻴﻘﺎﻅ ‏( ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻮﻡ ﻭ ‏) ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ‏( ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺼﻼﺓ ‏) ﻓﺮﺿﺎً ﺃﻭ ﻧﻔﻼً ﻭﻳﺘﺄﻛﺪ ﺃﻳﻀﺎً ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺜﻼﺛﺔ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭﺓ ﻣﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﺬﻛﻮﺭ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻄﻮﻻﺕ، ﻛﻘﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﺍﺻﻔﺮﺍﺭ ﺍﻷﺳﻨﺎﻥ، ﻭﻳﺴﻦ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﺑﺎﻟﺴﻮﺍﻙ ﺍﻟﺴﻨﺔ، ﻭﺃﻥ ﻳﺴﺘﺎﻙ ﺑﻴﻤﻴﻨﻪ، ﻭﻳﺒﺪﺃ ﺑﺎﻟﺠﺎﻧﺐ ﺍﻷﻳﻤﻦ ﻣﻦ ﻓﻤﻪ، ﻭﺃﻥ ﻳﻤﺮﻩ ﻋﻠﻰ ﺳﻘﻒ ﺣﻠﻘﻪ ﺇﻣﺮﺍﺭﺍً ﻟﻄﻴﻔﺎً، ﻭﻋﻠﻰ ﻛﺮﺍﺳﻲ ﺃﺿﺮﺍﺳﻪ .

 Fasal) menjelaskan tentang menggunakan alat siwak. Bersiwak termasuk salah satu kesunnahan wudu’. Siwak juga diungkapan untuk barang yang digunakan bersiwak, yaitu kayu arak dan sesamanya. Hukum Bersiwak Siwak disunnahkan pada semua keadaan. Siwak tidak dimakruhkan tanzih kecuali setelah tergelincirnya matahari bagi orang yang berpuasa, baik puasa fardlu atau sunnah. Hukum makruh tersebut menjadi hilang dengan terbenamnya matahari. Namun imam an Nawawi lebih memilih hukum tidak makruh secara mutlak. Tempat-Tempat Yang Sangat Disunnahkan Untuk Bersiwak Siwak di dalam tiga tempat hukumnya lebih disunnahkan dari pada tempat yang lain. Salah satunya adalah ketika berubahnya keadaan mulut sebab azm. Ada yang mengatakan bahwa azm adalah diam terlalu lama. Dan ada yang mengatakan azm adalah tidak makan. Mushannif mengungkapkan “wa ghairuhu” (dan sebab selain azm), tidak lain agar mencakup perubahan keadaan mulut sebab selain azm, seperti memakan barang yang berbau kurang sedap yaitu bawang merah, bawang putih dan selainnya. Yang kedua adalah saat bangun tidur. Dan yang ketiga adalah saat hendak sholat, baik sholat fardlu atau sunnah. Juga sangat dianjurkan di selain tiga tempat yang sudah dijelaskan di atas, yaitu di tempat-tempat yang disebutkan di kitab-kitab yang penjang penjelasannya, seperti saat membaca Al Qur’an dan kuningnya gigi. Saat bersiwak disunnahkan untuk niat sunnah siwakan, bersiwak dengan tangan kanan, memulai dari mulut bagian kanan, dan menjalankan siwak secara lembut ke bagian langit-langit tenggorokan dan gigi- gigi geraham.


Selanjutnya klik disini

fathul qorib syarah bag 1

 ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ 
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺷﻤﺲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺃﺑﻮ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠّﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲّ ﺗﻐﻤﺪﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺮﺣﻤﺘﻪ ﻭﺭﺿﻮﺍﻧﻪ ﺁﻣﻴﻦ : ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺗﺒﺮﻛﺎً ﺑﻔﺎﺗﺤﺔ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻷﻧﻬﺎ ﺍﺑﺘﺪﺍﺀ ﻛﻞ ﺃﻣﺮٍ ﺫﻱ ﺑﺎﻝ، ﻭﺧﺎﺗﻤﺔ ﻛﻞ ﺩﻋﺎﺀ ﻣﺠﺎﺏ، ﻭﺁﺧﺮ ﺩﻋﻮﻯ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﺩﺍﺭ ﺍﻟﺜﻮﺍﺏ، ﺃﺣﻤﺪﻩ ﺃﻥ ﻭﻓﻖ ﻣﻦ ﺃﺭﺍﺩ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺩﻩ ﻟﻠﺘﻔﻘﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻋﻠﻰ ﻭﻓﻖ ﻣﺮﺍﺩﻩ، ﻭﺃﺻﻠﻲ ﻭﺃﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺃﻓﻀﻞ ﺧﻠﻘﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺳﻴﺪ ﺍﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ، ﺍﻟﻘﺎﺋﻞ : 'ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠّﻪُ ﺑﻪِ ﺧَﻴْﺮﺍً ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦ' ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻣﺪﺓ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺬّﺍﻛﺮﻳﻦ ﻭَﺳَﻬْﻮِ ﺍﻟﻐﺎﻓﻠﻴﻦ .


 . Syaikh Al Imam Al ‘Alim Al ‘Alamah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qosim As Syafi’i -Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keridlhoannya amin- berkata : Seluruh pujian hanya hak Allah, memulainya dengan hamdalah karena berharap berkah, karena merupakan permulaan setiap urusan yang penting, penutup setiap puji yang diijabah, dan akhir ungkapan orang-orang mu’min di surga, kampung pahala. Aku memujiNya yang telah memberikan taufiq kepada setiap yang Dia kehendaki dari kalangan para hambanya, untuk tafaquh di dalam Agama sesuai dengan yang dikehendakiNya. Aku bersholawat dan memohonkan keselamatan bagi makhluk termulia, Muhammad penghulu para 
utusan, yang bersabda :

 ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠّﻪُ ﺑﻪِ ﺧَﻴْﺮﺍً ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦ “

Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikannya maka Dia Ta’ala akan memahamkannya pada agama” (HR. Bukhori[71], Muslim[1037]), demikian pula sholawat dan salam bagi seluruh pengikut dan sahabatnya, selama ada orang-orang yang berdzikir dan adanya orang-orang yang lalai.

 ‏( ﻭﺑﻌﺪ ‏) : ﻫﺬﺍ ﻛﺘﺎﺏ ﻓﻲ ﻏﺎﻳﺔ ﺍﻻﺧﺘﺼﺎﺭ ﻭﺍﻟﺘﻬﺬﻳﺐ، ﻭﺿﻌﺘﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﺍﻟﻤﺴﻤﻰ ﺑﺎﻟﺘﻘﺮﻳﺐ ﻟﻴﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ ﺍﻟﻤﺤﺘﺎﺝ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺋﻴﻦ ﻟﻔﺮﻭﻉ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻭﺍﻟﺪﻳﻦ، ﻭﻟﻴﻜﻮﻥ ﻭﺳﻴﻠﺔ ﻟﻨﺠﺎﺗﻲ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ، ﻭﻧﻔﻌﺎً ﻟﻌﺒﺎﺩﻩ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺇﻧﻪ ﺳﻤﻴﻊ ﺩﻋﺎﺀ ﻋﺒﺎﺩﻩ، ﻭﻗﺮﻳﺐ ﻣﺠﻴﺐ، ﻭﻣﻦ ﻗﺼﺪﻩ ﻻ ﻳﺨﻴﺐ }ﻭَﺇﺫَﺍ ﺳَﺄَﻟَﻚَ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱ ﻋَﻨِّﻲ ﻓَﺈﻧِّﻲ ﻗَﺮِﻳﺐٌ{ ‏( ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ : ﺍﻵﻳﺔ 186 ‏) . ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﻮﺟﺪ ﻓﻲ ﺑﻌﺾ ﻧﺴﺦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﺧﻄﺒﺘﻪ ﺗﺴﻤﻴﺘﻪ ﺗﺎﺭﺓ ﺑﺎﻟﺘﻘﺮﻳﺐ، ﻭﺗﺎﺭﺓ ﺑﻐﺎﻳﺔ ﺍﻻﺧﺘﺼﺎﺭ، ﻓﻠﺬﻟﻚ ﺳﻤﻴﺘﻪ ﺑﺎﺳﻤﻴﻦ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ : ‏(ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻘﺮﻳﺐ ﺍﻟﻤﺠﻴﺐ ‏) ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺃﻟﻔﺎﻅ ﺍﻟﺘﻘﺮﻳﺐ، ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ : ' ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﻤﺨﺘﺎﺭ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﻏﺎﻳﺔ ﺍﻻﺧﺘﺼﺎﺭ .' ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻄﻴﺐ : ﻭﻳﺸﺘﻬﺮ ﺃﻳﻀﺎً ﺑﺄﺑﻲ ﺷﺠﺎﻉ ﺷﻬﺎﺏ ﺍﻟﻤﻠﺔ ﻭﺍﻟﺪﻳﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺍﻷﺻﻔﻬﺎﻧﻲ ﺳﻘﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺛﺮﺍﻩ ﺻﺒﻴﺐ ﺍﻟﺮﺣﻤﺔ ﻭﺍﻟﺮﺿﻮﺍﻥ، ﻭﺃﺳﻜﻨﻪ ﺃﻋﻠﻰ ﻓﺮﺍﺩﻳﺲ ﺍﻟﺠﻨﺎﻥ .

Kemudian, kitab ini sangatlah ringkas dan runtut, kitab ini saya berinama At Taqrib, dengan harapan para pemula bisa mengambil manfa’at dalam masalah cabang syari’at dan agama, dan supaya menjadi media bagi kebahagiaanku pada hari pembalasan, serta bermanfa’at bagi para hambanya dari orang- orang Islam. Sesungguhnya Dia maha Mendengar permintaan hambanya, Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan, orang yang memaksudkanNya tidak akan sia-sia “Jika hambaku bertanya kepada mu, maka sesungguhnya Aku sangatlah Dekat”. (QS. Al Baqoroh : 186). Ketahuilah!, dalam sebagian naskah kitab pada muqoddimahnya terkadang penamaanya dengan At Taqrib dan terkadang pula dengan Ghoyatul Ikhtishor, oleh karena itu saya pun manamainya dengan dua nama, pertama Fathul Qorib Al Mujib Fi Syarhi Alfadzi At Taqrib , kedua Al Qaul Al Mukhtar Fi Syarhi Ghoyatil Ikhtishor. As Syaikh Al Imam Abu Thoyyib, dan terkenal pula dengan nama Abi Suja’ Syihabul millah wad dien Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Al Ashfahaniy – semoga Allah memperbanyak curahan rahmat dan keridlhoan kepadanya, dan menempatkannya di surga tertinggi– berkata: 

 ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠّﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ‏) ﺃﺑﺘﺪﻯﺀ ﻛﺘﺎﺑﻲ ﻫﺬﺍ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺍﺳﻢٌ ﻟﻠﺬﺍﺕ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﺍﻟﻮﺟﻮﺩ، ﻭﺍﻟﺮّﺣﻤﻦ ﺃﺑﻠﻎ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ . ‏( ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ‏) ﻫﻮ ﺍﻟﺜﻨﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺎﻟﺠﻤﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺟﻬﺔ ﺍﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ‏( ﺭﺏِّ ‏) ﺃﻱ ﻣﺎﻟﻚ ‏( ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ‏) ﺑﻔﺘﺢ ﺍﻟﻼﻡ، ﻭﻫﻮ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺍﺳﻢ ﺟﻤﻊ ﺧﺎﺹّ ﺑﻤﻦ ﻳﻌﻘﻞ ﻻ ﺟﻤﻊ، ﻭﻣﻔﺮﺩﻩ ﻋﺎﻟﻢ ﺑﻔﺘﺢ ﺍﻟﻼﻡ، ﻷﻧﻪ ﺍﺳﻢ ﻋﺎﻡ ﻟﻤﺎ ﺳﻮﻯ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﺍﻟﺠﻤﻊ ﺧﺎﺹّ ﺑﻤﻦ ﻳﻌﻘﻞ . ‏( ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ‏) ﻭﺳﻠﻢ ‏( ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲّ ‏) ﻫﻮ ﺑﺎﻟﻬﻤﺰ ﻭﺗﺮﻛﻪ ﺇﻧﺴﺎﻥ ﺃﻭﺣﻲَ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﺸﺮﻉ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻪ، ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺆﻣﺮ ﺑﺘﺒﻠﻴﻐﻪ ﻓﺈﻥ ﺃﻣﺮ ﺑﺘﺒﻠﻴﻐﻪ ﻓﻨﺒﻲّ ﻭﺭﺳﻮﻝ ﺃﻳﻀﺎً . ﻭﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﻳﻨﺸﻰﺀ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﻣﺤﻤﺪ ﻋﻠﻢ ﻣﻨﻘﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﺳﻢ ﻣﻔﻌﻮﻝ ﺍﻟﻤﻀﻌﻒ ﺍﻟﻌﻴﻦ، ﻭﺍﻟﻨﺒﻲّ ﺑﺪﻝ ﻣﻨﻪ ﺃﻭ ﻋﻄﻒ ﺑﻴﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ . ‏(ﻭ ‏) ﻋﻠﻰ ‏( ﺁﻟﻪ ﺍﻟﻄﺎﻫﺮﻳﻦ ‏) ﻫﻢ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺃﻗﺎﺭﺑﻪ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻮﻥ ﻣﻦ ﺑﻨﻲ ﻫﺎﺷﻢ، ﻭﺑﻨﻲ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ، ﻭﻗﻴﻞ ﻭﺍﺧﺘﺎﺭﻩ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ : ﺇﻧﻬﻢ ﻛﻞّ ﻣﺴﻠﻢ . ﻭﻟﻌﻞّ ﻗﻮﻟﻪ ﺍﻟﻄﺎﻫﺮﻳﻦ ﻣﻨﺘﺰﻉ ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : } ﻭَﻳُﻄَﻬِّﺮُﻛُﻢْ ﺗَﻄْﻬِﻴﺮﺍً { ‏( ﻭ ‏) ﻋﻠﻰ ‏(ﺻﺤﺎﺑﺘﻪ ‏) ﺟﻤﻊ ﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻨﺒﻲّ  ﻭﻗﻮﻟﻪ ‏(ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ ‏) ﺗﺄﻛﻴﺪ ﻟﺼﺤﺎﺑﺘﻪ

 [Bismillahirrohmaanirrohim] Aku memulai tulisan ini Allah merupakan nama bagi Dzat Yang Wajib Adanya ‘wajibul wujud’ Ar Rohman lebih menyampaikan daripada Ar Rohim. [Al Hamdu] merupakan pujian kepada Allah Ta’ala dengan keindahan/kebaikan disertai pengagungan. [Robbi] yaitu Yang Maha Menguasai. [Al ‘Aalamin] dengan difatahkan, ia sebagimana pendapat Ibnu Malik : Kata benda jamak yang khusus digunakan bagi yang berakal, bukan seluruhnya. Kata tunggalnya ‘aalam dengan difathahkan huruf lam, ia merupakan nama bagi selain Allah Ta’ala dan jamaknya khusus bagi yang berakal. [Dan sholawat Allah] serta salam [atas pengulu kita, Muhammad sang Nabi] ia dengan hamzah dan tidak dengan hamzah adalah manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan syari’at yang dia beramal dengannya walaupun tidak diperintahkan menyampaikannya, maka jika diperintahkan menyampaikan maka dia Nabi dan Rosul. Maknanya curahkanlah sholawat dan salam kepadanya. Muhammad adalah nama yang diambil dari isim maf’ul al mudlho’af al ‘ain. Dan Nabi merupakan badal dari nya atau ‘athof bayan. [Dan] bagi [keluarganya yang suci], mereka sebagaimana diungkapkan As Syafi’i : Keluarganya yang beriman dari Bani Hasyim dan Bani Al Mutholib, dikatakan dan An Nawawi memilihnya : Mereka adalah seluruh orang muslim. Mudah-mudahan perkataanya ath thohirin diambil dari firmanNya Ta’ala : “dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya” (QS. Al Ahzab : 33). [Dan] bagi [para sahabatnya], ia jamak dari shohibun nabi . Dan perkataanya [seluruhnya] merupakan takid ‘penegas’ dari Sahabat.

ﺛﻢ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﺃﻧﻪ ﻣﺴﺆﻭﻝ ﻓﻲ ﺗﺼﻨﻴﻒ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﺨﺘﺼﺮ ﺑﻘﻮﻟﻪ : ﺳﺄﻟﻨﻲ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺻﺪﻗﺎﺀ ‏) ﺟﻤﻊ ﺻﺪﻳﻖ . ﻭﻗﻮﻟﻪ : ‏(ﺣﻔﻈﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ‏) ﺟﻤﻠﺔ ﺩﻋﺎﺋﻴﺔ ‏(ﺃﻥ ﺃﻋﻤﻞ ﻣﺨﺘﺼﺮﺍً ‏) ﻫﻮ ﻣﺎ ﻗﻞ ﻟﻔﻈﻪ ﻭﻛﺜﺮ ﻣﻌﻨﺎﻩ ‏( ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻘﻪ ‏) ﻫﻮ ﻟﻐﺔ ﺍﻟﻔﻬﻢ، ﻭﺍﺻﻄﻼﺣﺎً ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻷﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺍﻟﻌﻤﻠﻴﺔ، ﺍﻟﻤﻜﺘﺴﺐ ﻣﻦ ﺃﺩﻟﺘﻬﺎ ﺍﻟﺘﻔﺼﻴﻠﻴﺔ . ‏( ﻋﻠﻰ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻹﻣﺎﻡ ‏) ﺍﻷﻋﻈﻢ ﺍﻟﻤﺠﺘﻬﺪ ﻧﺎﺻﺮ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺪﻳﻦ ﺃﺑﻲ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠّﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺩﺭﻳﺲ ﺑﻦ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺜﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﺷﺎﻓﻊ . ‏(ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ‏) ﻭﻟﺪ ﺑﻐﺰﺓ ﺳﻨﺔ ﺧﻤﺴﻴﻦ ﻭﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﺎﺕ ‏(ﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺭﺿﻮﺍﻧﻪ ‏) ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﺳﻠﺦ ﺭﺟﺐ ﺳﻨﺔ ﺃﺭﺑﻊ ﻭﻣﺎﺋﺘﻴﻦ، ﻭﻭﺻﻒ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﻣﺨﺘﺼﺮﻩ ﺑﺄﻭﺻﺎﻑ ﻣﻨﻬﺎ ﺃﻧﻪ ‏( ﻓﻲ ﻏﺎﻳﺔ ﺍﻻﺧﺘﺼﺎﺭ ﻭﻧﻬﺎﻳﺔ ﺍﻹﻳﺠﺎﺯ ‏) ﻭﺍﻟﻐﺎﻳﺔ ﻭﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﺎﻥ ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻻﺧﺘﺼﺎﺭ ﻭﺍﻹﻳﺠﺎﺯ، ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺃﻧﻪ ‏( ﻳﻘﺮﺏ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺘﻌﻠﻢ ‏) ﻟﻔﺮﻭﻉ ﺍﻟﻔﻘﻪ ‏( ﺩﺭﺳﻪ ﻭﻳﺴﻬﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻯﺀ ﺣﻔﻈﻪ ‏) ﺃﻱ ﺍﺳﺘﺤﻀﺎﺭﻩ ﻋﻠﻰ ﻇﻬﺮ ﻗﻠﺐ ﻟﻤﻦ ﻳﺮﻏﺐ ﻓﻲ ﺣﻔﻆ ﻣﺨﺘﺼﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﻘﻪ .


 Kemudian penulis menyebutkan bahwa dia menulis ringkasan ini karena suatu permintaan, dalam perkataannya : [sebagian ‘al asdhiqo’ sahabat- sahabtku memintaku], ia jamak dari shodiiq. Dan perkataanya : [semoga Allah Ta’ala menjaga mereka], ia merupakan kalimat du’a. [supaya aku membuat suatu ringkasan], ia adalah sesuatu yang sedikit lafadznya dan banyak maknanya [dalam fiqih], ia secara bahasa bermakna pemahaman, adapun secara istilah adalah pengetahuan mengenai hukum-hukum syar’iyah ‘amaliyah yang diusahakan dari dalil-dailnya yang rinci. [Madzhab Al Imam] yang mulia, mujtahid, penolong sunnah dan agama, Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al Abbas bin Utsman bin Syafi’i. [Asy Syafi’i] dilahirkan di Gaza tahun 150 H dan wafat [semoga kepadanya tercurah rahmat dan keridlhoanNya] hari Jum’at akhir bulan Rajab tahun 204 H. Penulis mensifati ringkasannya dengan ragam sifat, diantaranya [pada puncak ringkasan dan akhir rangkuman] dan kata-kata al ghoyah dan nihayah memiliki kedekatan makna, demikian pula al ikhtisor dan al ijaz, diantara sifatnya pula [mendekatkan pemahaman pada pelajar] kepada cabang fiqih [untuk mempelajarinya dan mempermudah para pemula untuk menghafalnya] yakni menghadirkannya dari hafalan bagi orang-orang yang berkeinginan menghafal ringkasan ilmu fiqih. 

 ‏(ﻭ ‏) ﺳﺄﻟﻨﻲ ﺃﻳﻀﺎً ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺻﺪﻗﺎﺀ ‏(ﺃﻥ ﺃﻛﺜﺮ ﻓﻴﻪ ‏) ﺃﻱ ﺍﻟﻤﺨﺘﺼﺮ ‏( ﻣﻦ ﺍﻟﺘﻘﺴﻴﻤﺎﺕ ‏) ﻟﻸﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ‏(ﻭ ‏) ﻣﻦ ‏( ﺣﺼﺮ ‏) ﺃﻱ ﺿﺒﻂ ‏( ﺍﻟﺨﺼﺎﻝ ‏) ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺔ ﻭﺍﻟﻤﻨﺪﻭﺑﺔ ﻭﻏﻴﺮﻫﻤﺎ ‏( ﻓﺄﺟﺒﺘﻪ ﺇﻟﻰ ‏) ﺳﺆﺍﻟﻪ ﻓﻲ ‏( ﺫﻟﻚ ﻃﺎﻟﺒﺎً ﻟﻠﺜﻮﺍﺏ ‏) ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺟﺰﺍﺀ ﻋﻠﻰ ﺗﺼﻨﻴﻒ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﺨﺘﺼﺮ ‏( ﺭﺍﻏﺒﺎً ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ‏) ﻓﻲ ﺍﻹﻋﺎﻧﺔ ﻣﻦ ﻓﻀﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺗﻤﺎﻡ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﺨﺘﺼﺮ ﻭ ‏( ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﻟﻠﺼﻮﺍﺏ ‏) ﻭﻫﻮ ﺿﺪ ﺍﻟﺨﻄﺄ ‏(ﺇﻧﻪ ‏) ﺗﻌﺎﻟﻰ ‏( ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻳﺸﺎﺀ ‏) ﺃﻱ ﻳﺮﻳﺪ ‏( ﻗﺪﻳﺮ ‏) ﺃﻱ ﻗﺎﺩﺭ ‏( ﻭﺑﻌﺒﺎﺩﻩ ﻟﻄﻴﻒ ﺧﺒﻴﺮ ‏) ﺑﺄﺣﻮﺍﻝ ﻋﺒﺎﺩﻩ، ﻭﺍﻷﻭﻝ ﻣﻘﺘﺒﺲ ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : } ﺍﻟﻠّﻪُ ﻟَﻄِﻴﻒٌ ﺑِﻌِﺒَﺎﺩِﻩِ { ‏( ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﺸﻮﺭﻯ : ﺍﻵﻳﺔ 19 ‏) ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : } ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟﺤﻜِﻴﻢُ ﺍﻟﺨﺒﻴﺮُ{ ‏(ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ : ﺍﻵﻳﺔ 18 ‏) ﻭﺍﻟﻠﻄﻴﻒ ﻭﺍﻟﺨﺒﻴﺮ ﺍﺳﻤﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﺳﻤﺎﺋﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ، ﻭﻣﻌﻨﻰ ﺍﻷﻭﻝ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﺑﺪﻗﺎﺋﻖ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻭﻣﺸﻜﻼﺗﻬﺎ، ﻭﻳﻄﻠﻖ ﺃﻳﻀﺎً ﺑﻤﻌﻨﻰ ﺍﻟﺮﻓﻴﻖ ﺑﻬﻢ، ﻓﺎﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﺎﻟﻢ ﺑﻌﺒﺎﺩﻩ، ﻭﺑﻤﻮﺍﺿﻊ ﺣﻮﺍﺋﺠﻬﻢ، ﺭﻓﻴﻖ ﺑﻬﻢ، ﻭﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻗﺮﻳﺐ ﻣﻦ ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻷﻭﻝ، ﻭﻳﻘﺎﻝ ﺧﺒﺮﺕ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﺃﺧﺒﺮﻩ ﻓﺄﻧﺎ ﺑﻪ ﺧﺒﻴﺮ، ﺃﻱ ﻋﻠﻴﻢ . ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺼﻨﻒ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ .

[Dan] sebagian sahabat meminta pula supaya aku [memperbanyak didalamnya] yakni di dalam ringkasan tersebut [pembagian-pembagian] ahkam fiqhiyyah [dan] dari [membatasi] yakni seksama [dalam menentukan] yang wajib, mandzub dan selain keduanya. [Maka aku berkeinginan mengabulkan pada] permintaannya karena [mengharap pahala] dari Allah Ta’ala atas usaha menulis ringkasan ini. [Harapan hanya kepada Allah yang maha suci lagi maha tinggi] di dalam bantuan –dari keutamaanNya– untuk menuntaskan ringkasan ini, dan [harapan pula hanya kepada Allah, untuk mendafatkan taufiq pada kebenaran], ia merupakan lawan dari salah. [SesungguhNya] Ta’ala [atas segala sesuatu yang dikehendakiNya yakni diinginkannya [Maha Mampu] yakni Maha Sanggup [dan Dia kepada para hambanya Maha Lembut lagi Maha Mengetahui] keadaan para hambanya. Yang pertama diambil dari firmanNya Ta’ala “Allah Maha Lembut kepada para hambanya” (QS. Asy Syuro : 19), yang kedua diambil dari firmanNya Ta’ala “Dan Dia Maha Bijaksana lgi Maha Mengetahui” (QS. Al An’am : 18), al lathif dan al Khobir merupakan dua nama diantara nama-nama Allah Ta’ala. Makna yang pertama ‘al lathif’ yang mengetahui segala sesuatu secara detil dan permasalahan-permasalahannya, ia kadang dimutlakan pula pada makna Maha lembut kepada mereka, maka Allah Maha Mengetahui tentang para hambanya dan tempat-tempat kebutuhan/kehendak/keinginan mereka lagi Maha lembut kepada mereka. Makna yang kedua memiliki kedekatan makna dengan yang pertama, dikatakan : khobartu asysyaia akhbarohu fa anaa bihi ke, yakni mengetahui.

Selanjutnya klik disini