Halaman

Kamis, 22 November 2018

Sifat-sifat wajib


Sifat-Sifat Wajib Allah
Sifat wajib Allah adalah sifat yang pasti ada pada Allah. Wajib disini ialah wajib aqliy yaitu: 
مالا يتصوره فى العقل عدمه، apa yang tak ter-reka oleh akal ketiadaannya,  atau :
 الذى لايمكن عدمه sesuatu yang tak mungkin ketiadaanya
Berikut dibawah ini adalah sifat-sifat allah yang
wajib :
1. Wujud (Ada)
Adanya Allah itu bukan karena ada yang
mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah
itu ada dengan zat-Nya sendiri.
Dalil Aqli sifat Wujud
Adanya semesta alam yang kita lihat
sudah cukup dijadikan sebagai alasan
adanya Allah, sebab tidak masuk akal
seandainya ada sesuatu yang dibuat
tanpa ada yang membuatnya.
Dalil Naqli sifat Wujud
Allahlah menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada diantara keduanya
dalam (waktu) enam hari. (QS. AS
sajdah [32]:4)
2. Qidam (Dahulu/Awal)
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt
sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada
semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan.
Dalil aqli sifat Qidam
Seandainya Allah tidak qodim, mesti
Allah hadits, sebab tidak ada penengah
antara qodim dan hadits. Apabila Allah
hadits maka mesti membutuhkan
muhdits (yang membuat) mislanya A,
dan muhdits A mesti membutuhkan
kepada Muhdits yang lain, misalnya B.
Kemudian muhdits B mesti
membutuhkan muhdits yang lain juga,
misalnya C. Begitulah
seterusnya.Apabila tiada ujungnya, maka
dikatakan tasalsul (peristiwa berantau),
dan apabila yang ujung membutuhkan
kepada Allah maka dikatan daur
(peristiwa berputar). Masing-masing
dari tasalsul dan daur adalah mustahil
menurut akal. Maka setiap yang
mengakibatkan tasalsul dan daur, yaitu
hudutsnya Allah adalah mustahil, maka
Allah wajib bersifat Qidam.
Dalil Naqli sifat Qidam
Dialah yang awal dan yang akhir Yang
zhohir dan yang bathin. (QS. Al-Hadid
[57]:3)
3. Baqa’(Kekal)
Allah Akan Kekal dan Abadi Selamanya,
Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan
Dalil Aqli sifat Baqa’
Seandainya Allah tidak wajib Baqo,
yakni Wenang Allah Tiada, maka tidak
akan disifati Qidam. Sedangkan Qidam
tidak bisa dihilangkan dari Allah
berdasarkan dalil yang telah lewat
dalam sifat Qidam.
Dalil Naqli Sifat Baqa’
Tiap sesuatu akan binasa (lenyap)
kecuali Dzat-nya. (QS. Qoshos [28]:88)
4. Mukhalafatuhu Lilhawadith (berbeda dengan
Ciptaannya/Makhluknya)
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT
berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita
perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit
sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang
dibuat orang lain.
Dalil Aqli sifat mukhalafah lil hawadits
Apabila diperkirakan Allah menyamai
sekalian makhluknya, niscaya Allah
dalah baru (Hadits), sedangkan Allah
baru adalah mustahil
Dalil Naqli sifat mukhalafah lil hawadits
Tidak ada sesuatu apapun yang serupa
dengan dia, dan dia-lah yang maha
mendengar lagi maha melihat. (QS.
Asy-Syuro [42]:11)
5. Qiyamuhu Binafsihi (Allah Berdiri Sendiri)
Artinya Bahwa Allah SWT itu berdiri dengan
zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang
lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu
ada dengan sendirinya tidak ada yang
mengadakan atau menciptakan.Contohnya,
Allah SWT menciptakan alam semesta ini
karena kehendak sendiri tanpa minta
pertolongan siapapun.
Dalil Aqli sifat Qiyamuhu Binafsihi
Seadainya Allah membutuhkan dzat,
niscaya Allah adalah sifat, sebab hanya
sifatlah yang selalu membutuhkan dzat,
sedangkan dzat selamanya tidak
membutuhkan dzat lain untuk berdirinya.
Dan apabila Allah “Sifat” adalah
mustahil, sebab apabila Allah “sifat”,
maka Allah tidak akan disifati dengan
sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah, sedangkan
sifat tersebut adalah termasuk sifat-
sifat yang wajib bagi Allah berdasarkan
dalil-dalil tertentu. Berarti apabila Allah
tidak disifati dengan sifat Ma’ani dan
Ma’nawiyah adalah salah (Bathil), dan
batal pula sesuatu yang
mengakibatkannya, yaitu butuhnya Allah
kepada dzat. Apabila batal butuhnya
Allah kepada dzat maka tetap Maha
kaya (istighna)nya Allah dari dzat.
Seandainya Allah membutuhkan sang
pncipta, niscaya Allah baru (Hadts),
sebab yang membutuhkan pencipta
hanyalah yang baru sedangkan dzat
qodim tidak membutuhkannya. Dan
mustahil Allah Hadits, karena segala
sesuatu yang hadits harus
membutuhkan sang pencipta (mujid)
yang kelanjutannya akan mengakibatkan
daur atau tasalul.
Dalil Naqli Sifat Qiamuhu Binafsihi
Sesungguhnya Allah benar-benar maha
kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
alam semesta. (QS. Al Ankabut [29]:6)
6. Wahdaniyyah (Tunggal/Esa)
Artinya adalah Bahwa Allah SWT adalah Tuhan
Yang Maha Esa., baik itu Esa zat-Nya, sifat-
Nya, maupun perbuatannya.Esa zat-Nya
maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil
dari penjumlahan dan perkiraan atau
penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain
mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk,
mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti
wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit
dan seterusnya.Esa sifat-Nya artinya semua
sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT
tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-
Nya, seperti marah, malas dan sombong.Esa
perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat
sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan
mahluk apapun dan tanpa membutuhkan
proses atau tenggang waktu. Allah SWT
berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa
ada yang menyuruh dan melarang.
Dalil Naqli
Seandainya di langit dan dibumi ada
tuhan-tuhan selain Allah, niscaya langit
dan bumi akan rusak. (QS. Al Anbiya
[21]:22)
7. Qudrat (Berkuasa)
Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu
itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada
yang membatasi, baik terhadap zat-Nya
sendiri maupun terhadap makhluk-Nya.
Berbeda dengan kekuasaan manusia ada
batasnya dan ada yang membatasi.
Dalil Aqli sifat Qudrot
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalilnya, jika Allah
tidak berkemampuan niscaya Allah
lemah(‘Ajzun), dan apabila Allah lemah
maka tidak akan mampu menciptakan
makhluk barang sedikitpun.
Dalil Naqli sifat Qudrot
Sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah [2]:20)
8. Iradah (berkehendak)
Allah SWT menciptakan alam beserta isinya
atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada
paksaan dari pihak lain atau campur tangan
dari siapa pun Apapun yang Allah SWT
kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap
setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak
terjadi.Berbeda dengan kehendak atau
kemauan manusia, tidak sedikit manusia
mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu
kandas di tengah jalan. Apabila manusia
berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak
Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud.
Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki
keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki
kehendak yang tidak terbatas.
Dalil Aqli sifat Irodat.
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalil, seasndainya
allah tidak bersifat berkehendak niscaya
bersifat terpaksa (karohah), dan allah
bersifat terpaksa adalah mustahil karena
tidak akan disifati qudrot, akan tetapi
tidak disifatinya Allah dengan sifat
qudrot adalah mustahil, sebab
akanberakibat lemahnya Alla, sedangkan
lemahnya Allah adalah mustahi, karena
tidak akan mampu membuat makhluk
barang sedikitpun.
Dalil Naqli sifat Irodat.
Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pelaksana terhadap apa yang dia
kehendaki.
(QS. Hud[50]:107)
9. Ilmu (Mengetahui)
Artinya Allah SWT memiliki pengetahuan atau
kepandaian yang sangat sempurna, artinya
ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak
pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala
sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang
tampak maupun yang gaib.Bahkan, apa yang
dirahasiakan didalam hati manusia sekali
pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT,
ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis
kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis
kalimat-kalimat tersebut meskipun
mendatangkan tambahan air yang banyak
seperti semula.Kita sering kagum atas
kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-
orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan
indahnya karya dan canggihnya tekhnologi
yang diciptakan manusia. Sadarkah kita
bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil
saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Dalil Aqli sifat Ilmu
Dalilnya adalah adanya alam semesta.
Proses penyusunan dalil, seandainya
Allah tak berilmu niscaya tidak akan
berkehendak, sedangkan allah tidak
berkehendak adalah mustahil, karena
tidak akan disifati qudrot, akan tetapi
Allah tidak disifati dengan qudrot adalah
mustahil, sebab akan berakibat
lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya
Allah adalah mustahil, karena tidak akan
mampu membuat barang makhluk
sedikitpun.
Dalil Naqli sifat Ilmu
Dan dia maha mengetahui segala
sesuatu.
(QS.Al Hadid [57]:3 atau QS. Al Baqaroh
[2]:29)
10. Hayat (Hidup)
Artinya Hidupnya Allah tidak ada yang
menghidupkannya melainkan hidup dengan
zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna,
berbeda dengan makhluk yang diciptakan-
Nya.
Contohnya :
Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu,
mereka juga mmebutuhkan makanan,
minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya.
Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak
membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup
selama-lamanya, tidak mengalami kematian
bahkan mengantuk pun tidak.
Dalil Aqli sifat hayat
Dalilnya adanya alam semesta. Proses
penyusunan dalil, seandainya Allah tidak
hidup maka tidak akan disifati Qudrot,
akan tetapi Allah tidak disifati dengan
Qudrot adalah mustahil, sebab akan
berakibat lemahnya Allah, seangkan
lemahnya Allah adalah mustahil, karena
tidak akan mampu membuat alam
semesta.
Dalil Naqli sifat Hayat
Firman Allah :
Dan bertakwalah kepada Allah yang
hidup yang tidak mati. (QS. Al-Furqon
[25]:58)
11. Sama’ (Mendengar)
Allah SWT mendengar setiap suara yang ada
di alam semesta ini. Yidak ada suara yang
terlepas dari pendengaran Allah SWT
walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti
suara bisikan hati dan jiwa
manusia.Pendengaran Allah SWT berbeda
dengan pendengaran mahluk –Nya karena
tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan
pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan
waktu.
DALIL :
”Dan Allah-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui” …
(QS Al Maidah :76)
12. Basar ( Melihat )
Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada
di alam semesta ini . penglihatan Allah
bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh
jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat
dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal).
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini,
kecil maupun besar, tampak atau tidak
tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah
SWT.
DALIL:
”………Dan Allah maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.” … (al-Baqarah:
265)
Dengan memahami sifat besar Allah SWT
hendaknya kita selalu berhati-hati dalam
berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada
manusia, seperti orang tua, guru, atau teman.
Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong
kepada Allah SWT.
13. Kalam ( Berbicara / Berfirman )
Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT
berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul-Nya.
Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama
dengan pembicaraan manusia karena Allah
SWT tidak berorgan (panca indra), seperti
lidah dan mulut yang dimiliki oleh
manusia.Allah SWT berbicara tanpa
menggunkan alat bantu yang berbentuk
apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat
sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya
wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para
rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.
DALIL :
”……. Dan Allah berkata kepada Musa
dengan satu perkataan yang jelas”
(QS AnNisa’ :164)Oleh karena itu kita sebagai
hamba Allah SWT hendaknya membiasakan
diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah,
artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika
kita berbuat salah, maka segeralah membaca
istighfar.
14. Kaunuhu Qadirun
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa
Mengadakan Dan Mentiadakan.
DALIL
“Sesungguhnya Alllah berkuasa atas
segala sesuatu“ (QS. Al Baqarah :20).
15. Kaunuhu Muridun
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang
Menghendaki dan menentukan tiap-tiap
sesuatu, Ia berkehendak atas nasib dan takdir
manusia.
DALIL
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Melaksanakan apa yang Dia
kehendaki“ … (QS. Hud :107)
16. Kaunuhu ‘Alimun
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui
akan Tiap-tiap sesuatu, mengetahui segala
hal yang telah terjadi maupun yang belum
terjadi, Allah pun dapat mengetahui isi hati
dan pikiran manusia.
DALIL
“Dan Alllah Maha Mengetahui sesuatu“ … (QS.
An Nisa’ :176)
17. Kaunuhu Hayyun
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup, Allah
adalah Dzat Yang Hidup, Allah tidak akan
pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun
lengah.
DALIL
“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup
kekal dan yang tidak mati“
(QS. Al Furqon :58)
18. Kaunuhu Sami’un
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar,
Allah selalu mendengar pembicaraan
manusia, permintaan atau doa hambaNya.
DALIL
“Allah Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui“ … (QS. Al Baqoroh :256).
19. Kaunuhu Basirun YAitu Keadaan Allah Ta’ala
Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat
( Benda yang ada ).Allah selalu melihat
gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya
kita selalu berbuat baik.
DALIL
“Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan“ … (QS. Al Hujurat :18)
20. Kaunuhu Mutakallimun
Yaitu Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata,
Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman
melalui ayat-ayat Al Quran.
Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita,
maka kita telah patuh dan tunduk terhadap
Allah swt.
C. Sifat-Sifat Mustahil bagi Allah
Sifat Mustahil Bagi Allah artinya Sifat Yang
Tidak Mungkin ada pada Allah Swt. Sifat Mustahil
Allah merupakan Lawan Kata/Kebalikan dari Sifat
Wajib Allah
Berikut dibawah ini adalah 20 sifat-sifat mustahil
bagi Allah swt.
1. ‘Adam, artinya tiada (bisa mati)
2. Huduts, artinya baru (bisa di perbaharui)
3. Fana’, artinya binasa (tidak kekal/mati)
4. Mumatsalatuhu Lilhawaditsi, artinya
menyerupai akan makhlukNya
5. Qiyamuhu Bighayrih, artinya berdiri dengan
yang lain (ada kerjasama)
6. Ta’addud, artinya berbilang – bilang (lebih
dari satu)
7. ‘Ajz, artinya lemah (tidak kuasa)
8. Karahah, artinya terpaksa (bisa di paksa)
9. Jahl, artinya jahil (bodoh)
10. Maut, artinya mati (bisa mati)
11. Syamam, artinya tuli
12. ‘Umy, artinya buta
13. Bukm, artinya bisu
14. Kaunuhu ‘Ajizan, artinya lemah (dalam
keadaannya)
15. Kaunuhu Karihan, artinya terpaksa (dalam
keadaannya)
16. Kaunuhu Jahilan, artinya jahil (dalam
keadaannya)
17. Kaunuhu Mayyitan, artinya mati (dalam
keadaannya)
18. Kaunuhu Asam, artinya tuli (dalam
keadaannya)
19. Kaunuhu A’ma, artinya buta (dalam
keadaannya)
20. Kaunuhu Abkam, artinya bisu (dalam
keadaannya)
Rangkuman (Table Sifat-Sifat
Wajib Allah dan Sifat-Sifat
Mustahil Bagi Allah )
Tabel ini kami buat untuk memudahkan anda
dalam menghafal dan memahaminya
No. Sifat Wajib
Allah
Tulisan
Arab
Arti
1 Wujud ﻭﺟﻮﺩ Ada
2 Qidam ﻗﺪﻡ Terdahulu
3 Baqa ﺑﻘﺎﺀ Kekal
4 Mukhalafatuhu
lilhawadis
ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ
ﻟﻠﺤﻮﺍﺩﺙ
Berbeda
dengan
makhluk-Nya
5 Qiyamuhu
binafsih
ﻗﻴﺎﻣﻪ
ﺑﻨﻔﺴﻪ
Berdiri
sendiri
6 Wahdaniyat ﻭﺣﺪﺍﻧﻴﺔ Esa (satu)
7 Qudrat ﻗﺪﺭﺓ Kuasa
8 Iradat ﺇﺭﺍﺩﺓ Berkehendak
(berkemauan
9 Ilmu ﻋﻠﻢ Mengetahui
10 Hayat ﺣﻴﺎﺓ Hidup
11 Sama’ ﺳﻤﻊ Mendengar
12 Basar ﺑﺼﺮ Melihat
13 Kalam ﻛﻼ ﻡ Berbicara
14 Kaunuhu
qaadiran
ﻛﻮﻧﻪ ﻗﺎﺩﺭﺍ Keadaan-Nya
yang
berkuasa
15 Kaunuhu
muriidan
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺮﻳﺪﺍ Keadaan-Nya
yang
berkehendak
menentukan
16 Kaunuhu
‘aliman
ﻛﻮﻧﻪ ﻋﺎﻟﻤﺎ Keadaan-Nya
yang
mengetahui
17 Kaunuhu
hayyan
ﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺎ Keadaan-Nya
yang hidup
18 Kaunuhu
sami’an
ﻛﻮﻧﻪ ﺳﻤﻴﻌﺎ Keadaan-Nya
yang
mendengar
19 Kaunuhu
bashiiran
ﻛﻮﻧﻪ ﺑﺼﻴﺭﺍ Keadaan-Nya
yang melihat
20 Kaunuhu
mutakalliman
ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺘﻜﻠﻤﺎ Keadaan-Nya
yang
berbicara
D. Sifat Ja’iz Bagi Allah Swt
فعل كل ممكن او تركه
Fi'lu kulli mumkiinin aw tarkuhu : Mengerjakan segala yang mungkin atau meninggalkannya,
Dalil atas itu ialah apabila "mengerjakan segala yang mungkin atau meninggalkannya" itu wajib bagi Allah  maka jadilah yang ja'iz itu wajib atau mustahil, padahal jadinya sifat ja'iz jadi sifat wajib atau sifat mustahil itu tidak mungkin.
(Hasil copas).
Sifat wajib bagi rosul
ﺍﻟﺪﺭﺱ ﺍﻟﺜﺎﻣﻦ : ﻓﻲ ﺻﻔﺎﺕ ﺍﻟﺮﺳﻞ
ﺍﻟﺼﻔﺎﺕ ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺔ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﺃﺭﺑﻊ ﻭﻫﻲ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻭ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻭ
ﺍﻟﺘﺒﻠﻴﻎ ﻭ ﺍﻟﻔﻄﺎﻧﺔ .
ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻫﻮ ﻣﻄﺎﺑﻘﺔ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﻟﻠﻮﺍﻗﻊ ﻓﻴﺠﺐ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺃﻥ ﻧﻌﺘﻘﺪ ﺑﺄﻥ ﺟﻤﻴﻊ
ﻣﺎ ﺟﺎﺀ ﺑﻪ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻗﻮﻻ ﻭ ﻓﻌﻼ ﺻﺪﻕ ﻭ ﺣﻖ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ﺻﺪﻕ
ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﻭ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺍﻟﻌﻘﻠﻲ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻇﻬﻮﺭ ﺍﻟﻤﻌﺠﺰﺍﺕ ﻋﻠﻰ
ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﻠﻮ ﻟﻢ ﻳﻜﻮﻧﻮﺍ ﺻﺎﺩﻗﻴﻦ ﻟﻜﺎﻧﻮﺍ ﻛﺎﺫﺑﻴﻦ ﻭ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻛﺎﺫﺑﻴﻦ
ﻟﻜﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺆﻳﺪ ﺍﻟﻜﺎﺫﺑﻴﻦ ﻭ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﻻﻗﺘﺪﺍﺀ ﺑﻬﻢ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ } ﻭَﻣَﺂ
ﺁﺗَﺎﻛُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﻓَﺨُﺬُﻭﻩُ ﻭَﻣَﺎ ﻧَﻬَﺎﻛُﻢْ ﻋَﻨْﻪُ ﻓَﺎﻧﺘَﻬُﻮﺍْ { ﻭ ﻫﻮ ﻣﺤﺎﻝ ﻷﻥ
ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﺄﻣﺮ ﺑﺎﻟﻔﺤﺸﺎﺀ ﻭ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ .
ﺍﻻﻣﺎﻧﺔ : ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻫﻮ ﺣﻔﻆ ﻇﻮﺍﻫﺮﻫﻢ ﻭ
ﺑﻮﺍﻃﻨﻬﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻮﻗﻮﻉ ﻓﻲ ﻣﻨﻬﻲ ﻋﻨﻪ ﻟﻮ ﻛﺮﺍﻫﺔ ، ﻓﻴﺠﺐ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺃﻥ
ﻧﻌﺘﻘﺪ ﺑﺄﻧﻬﻢ ﻣﺤﻔﻮﻇﻮﻥ ﻣﻦ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮﺓ ﻭ ﺍﻟﺒﺎﻃﻨﺔ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
ﺣﻜﺎﻳﺔ ﻋﻦ ﺃﺣﺪ ﺍﻟﺮﺳﻞ } ﺇِﻧِّﻲ ﻟَﻜُﻢْ ﺭَﺳُﻮﻝٌ ﺃَﻣِﻴﻦٌ { ، ﻭ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺍﻟﻌﻘﻠﻲ
ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﺃﻧﻬﻢ ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﻏﻴﺮ ﺃﻣﻨﺎﺀ ﻟﻜﺎﻧﻮﺍ ﺧﺎﺋﻨﻴﻦ ﻟﻤﺎ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﺍﻟﻠﻪ
ﺑﺎﺗﺒﺎﻋﻬﻢ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ } ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻻَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟﺨَﺎﺋِﻨِﻴﻦَ {

Sifat-Sifat Wajib rosul
PELAJARAN KEDELAPAN: SIFAT PARA RASUL
SYARAH:
Sebagaimana para malaikat, yang selalu patuh
kepada perintah Allah, dan tidak pernah sekalipun
melanggar larangan Allah, maka para nabi dan rasul
Allah juga demikian. Mereka adalah orang-orang
yang dijaga Allah dari perbuatan yang dapat
mendatangkan dosa. Para nabi dan Rasul adalah
orang yang selalu melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangannya. Allah telah menjaga para
nabi dan rasul dari terjerumus ke dalam perbuatan
dosa, sejak mereka baru lahir, begitu pula setelah
diangkat menjadi nabi dan rasul.
Telah diyakini bahwa para rasul yang diutus Allah,
mereka adalah laki laki merdeka yang telah dipilih
dengan sempurna dan dilengkapi dengan
keistimewaan yang tidak dimiliki makhluk biasa.
Begitu pula telah diberikan kepada mereka sifat-
sifat kesempurnaan dengan tujuan untuk
menguatkan risalah yang dibawa. Maka Allah telah
menganugerahkan kepada mereka empat sifat
kesempurnaan, yang wajib dimiliki oleh seorang
rasul, yaitu Shidiq (Jujur), Amanah (dipercaya),
Tabligh (menyampaikan) dan Fathanah (cerdas).
1. SHIDIQ (JUJUR)
Setiap rasul pasti jujur dalam ucapan dan
perbuatannya. Apa apa yang telah disampaikan
kepada manusia baik berupa wahyu atau kabar
harus sesuai dengan apa yang telah diterima dari
Allah tidak boleh dilebihkan atau dikurangkan.
Dalam arti lain apa yang disampaikan kepada
manusia pasti benar adanya, karena memang
bersumber dari Allah. Makanya setiap rasul pasti
jujur dalam pengakuan atas kerasulannya. Dan kita
sebagai manusia harus meyakinkanya dan beri’tikad
bahwa semua yang datang dari Rasul baik
perkataan atau perbuatan adalah benar dan hak.
Karena apa yang diucapkan atau diperbuat oleh para
rasul bukan menurut kemauannya sendiri. Ucapan
dan perbuatannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan atau risalah yang diterima dari Allah.
Sebagai bukti atas kebenaran para rasul, mereka
telah dibekali dengan mukjizat mukjizat yang harus
diyakini oleh setiap muslim kebenaranya. Dan tidak
mungkin harus diyakini dan diteladani jika mereka
(para rasul) itu tidak jujur. Tentu setelah itu apa
yang telah diperintahkan Allah melalui perantaraan
para rasul, kita sebagai muslim harus mengikuti
dengan ta’at dan apa yang dilarang Allah kita
tinggalkan.
ﻭَﻣَﺂ ﺁﺗَﺎﻛُﻢُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﻓَﺨُﺬُﻭﻩُ ﻭَﻣَﺎ ﻧَﻬَﺎﻛُﻢْ ﻋَﻨْﻪُ ﻓَﺎﻧﺘَﻬُﻮﺍْ
”Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah,” (al-Hasyr, 7)
2. AMANAH (DIPERCAYA)
Amanah berarti bisa dipercaya baik dhahir atau
bathin. Sedangkan yang dimaksud di sini bahwa
setiap rasul adalah dapat dipercaya dalam setiap
ucapan dan perbuatannya. Para rasul akan terjaga
secara dhahir atau bathin dari melakukan perbuatan
yang dilarang dalam agama, begitu pula hal yang
melanggar etika.
ﺇِﻧِّﻲ ﻟَﻜُﻢْ ﺭَﺳُﻮﻝٌ ﺃَﻣِﻴﻦٌ
“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul
kepercayaan (yang diutus) kepadamu,” (asy-syuara’
143)
Maka hal yang muhal atau mustahil jika rasul itu
terjerumus ke dalam perzinahan, pencurian,
meminum minutan keras, berdusta, menipu dan lain
sebagainya. Rasul tidak mungkin memiliki sifat
hasud, riya’, sombong, dusta dan sebagainya. Jika
para rasul telah melanggar etika berarti mereka
telah bekhianat dan Allah tidak menyukai manusia
yang berkhianat.
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻻَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟﺨَﺎﺋِﻨِﻴﻦَ
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berkhianat.”(al-Anfal,
58)
ﺍﻟﺘﺒﻠﻴﻎ : ﻣﻌﻨﻰ ﺍﻟﺘﺒﻠﻴﻎ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻫﻮ ﺍﻳﺼﺎﻝ
ﺍﻷﺣﻜﺎﻡ ﺍﻟﺘﻰ ﺃﻣﺮﻭﺍ ﺑﺘﺒﻠﻴﻐﻬﺎ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻤﺮﺳﻞ ﺍﻟﻴﻬﻢ ، ﻓﻴﺠﺐ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺃﻥ
ﻧﻌﺘﻘﺪ ﺃﻧﻬﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﺑﻠﻐﻮﺍ ﻣﺎ ﺃﻣﺮﻭﺍ ﺑﺘﺒﻠﻴﻐﻪ ﻣﺎ ﺃﺧﻔﻮﺍ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺷﻴﺌﺎ ، ﻻ ﻋﻤﺪﺍ ﻭ ﻻ ﺳﻬﻮﺍ ﻭ ﻻ ﻧﺴﻴﺎﻧﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ } ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺒَﻠِّﻐُﻮﻥَ ﺭِﺳَﺎﻻَﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻳَﺨْﺸَﻮْﻧَﻪُ ﻭَﻻَ ﻳَﺨْﺸَﻮْﻥَ ﺃَﺣَﺪﺍً ﺇِﻻَّ
ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻛَﻔَﻰ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺣَﺴِﻴﺒﺎً { ﻭ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺍﻟﻌﻘﻠﻲ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﺃﻧﻬﻢ ﻟﻮ ﻛﺘﻤﻮﺍ
ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻤﺎ ﺃﻣﺮﻭﺍ ﺑﺘﺒﻠﻴﻐﻪ ، ﻭ ﻟﻜﻨﺎ ﻣﺄﻣﻮﺭﻳﻦ ﺑﻜﺘﻢ ﺍﻟﻌﻠﻢ ، ﻷﻧﻨﺎ ﺃﻣﺮﻧﺎ
ﺑﺎﻻﻗﺘﺪﺍﺀ ﺑﻬﻢ ﻭ ﻫﻮ ﺑﺎﻃﻞ ﻷﻥ ﻛﺎﺗﻢ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻣﻠﻌﻮﻥ .
ﺍﻟﻔﻄﺎﻧﺔ : ﻫﻲ ﺣﺪﺓ ﺍﻟﺬﻛﺎﺀ ﻭ ﺍﻟﺘﻴﻘﻆ ﺍﻟﺘﺎﻡ ﻹﻟﺰﺍﻡ ﺍﻟﺨﺼﻮﻡ ﻭ ﺇﺑﻄﺎﻝ
ﺩﻋﺎﻭﻳﻬﻢ ، ﻓﻴﺠﺐ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺃﻥ ﻧﻌﺘﻘﺪ ﺃﻧﻬﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭ ﺍﻟﺴﻼﻡ
ﺃﻛﻤﻞ ﺃﻫﻞ ﺯﻣﺎﻧﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﻘﻞ ﻭ ﺍﻟﻔﻄﻨﺔ ﻭ ﻗﻮﺓ ﺍﻟﺬﻛﺎﺀ . ﻭ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ
ﺍﻟﻌﻘﻠﻲ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﺭﺳﻠﻬﻢ ﻹﺣﻘﺎﻕ ﺍﻟﺤﻖ ﻭ ﺇﺑﻄﺎﻝ
ﺍﻟﺒﺎﻃﻞ ﻭ ﺇﺑﻄﺎﻝ ﺩﻋﺎﻭﻱ ﺍﻟﺨﺼﻮﻡ ﺑﺈﻗﺎﻣﺔ ﺍﻟﺤﺠﺔ ، ﻓﻠﻮ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻏﻴﺮ
ﻓﻄﻨﺎﺀ ﻟﻜﺎﻧﻮﺍ ﺑﻠﺪﺍﺀ ﻭ ﻟﻮ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺑﻠﺪﺍﺀ ﻟﻌﺠﺰﻭﺍ ﻋﻦ ﺇﻗﺎﻣﺔ ﺍﻟﺤﺠﺔ ﻭ ﻫﻮ
ﺑﺎﻃﻞ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ } ﻭَﺗِﻠْﻚَ ﺣُﺠَّﺘُﻨَﺂ ﺁﺗَﻴْﻨَﺎﻫَﺂ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻣِﻪِ {
3. TABLIGH (MENYAMPAIKAN)
Sudah menjadi kewajiban para rasul untuk
menyampaikan kepada manusia apa yang diterima
dari Allah berupa wahyu yang menyangkut
didalamnya hukum hukum agama. Jika Allah
memerintahkan para rasul untuk menyampaikan
wahyu kepada manusia, maka wajib bagi manusia
untuk menerima apa yang telah disampaikan
dengan keyakinan yang kuat sebagai bukti atau
saksi akan kebenaran wahyu itu.
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺒَﻠِّﻐُﻮﻥَ ﺭِﺳَﺎﻻَﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﻳَﺨْﺸَﻮْﻧَﻪُ ﻭَﻻَ ﻳَﺨْﺸَﻮْﻥَ ﺃَﺣَﺪﺍً ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ
ﻭَﻛَﻔَﻰ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺣَﺴِﻴﺒﺎً
Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang
menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut
kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada
seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah
Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (al-Ahzab,
39).
Hal ini bisa dikiyaskan bahwa jika Allah
memberikan wahyu kepada para rasul untuk tidak
disampaikan atau dirahasiakan kepada manusia,
maka tidak wajib bagi manusia untuk
mempelajarinya. Sedangkan menyampaikan adalah
hal yang wajib dan menyembunyikan adalah hal
yang terlaknat dan tercela.
4. FATHONAH (CERDAS)
Dalam menyampaikan risalah Allah, tentu
dibutuhkan kemampuan, diplomasi, dan strategi
khusus agar wahyu yang tersimpan didalamnya
hukum hukum Allah dan risalah yang disampaikan
bisa diterima dengan baik oleh manusia. Karena itu,
seorang rasul wajib memiliki sifat cerdas.
Kecerdasan ini sangat berfungsi terutama dalam
menghadapi orang-orang yang membangkang dan
menolak ajaran Islam.
Maka diharuskan bagi kita untuk meyakinkan bahwa
para rasul itu adalah manusia yang paling sempurna
dalam penampilan, akal, kekuatan berfikir,
kecerdasan dan pembawaan wahyu yang diutus
pada zamannya. Kalau saja para rasul itu tidak
sesuai dengas sifat sifatnya maka mustahil manusia
akan menerima dan mengakuinya. Sifat sifat itu
merupakan satu hujjah bagi mereka agar apa yang
disampaikan bisa diterima dengan baik.
ﻭَﺗِﻠْﻚَ ﺣُﺠَّﺘُﻨَﺂ ﺁﺗَﻴْﻨَﺎﻫَﺂ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢَ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻣِﻪِ
Allah berfirman: “Dan itulah hujah Kami yang Kami
berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya.” (al-An’am, 83)
ﺍﻟﺼﻔﺎﺕ ﺍﻟﻤﺴﺘﺤﻴﻠﺔ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺍﻟﺮﺳﻞ
ﻳﺴﺘﻴﺤﻞ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﺃﺿﺪﺍﺩ ﺍﻟﺼﻔﺎﺕ ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺔ
ﻭﻫﻲ ﺃﺭﺑﻊ : ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻭ ﺍﻟﺨﻴﺎﻧﺔ ﻭ ﺍﻟﻜﺘﻤﺎﻥ ﻭ ﺍﻟﺒﻼﺩﺓ
ﺍﻟﺼﻔﺎﺕ ﺍﻟﺠﺎﺋﺰﺓ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺍﻟﺮﺳﻞ : ﻳﺠﻮﺯ ﻓﻲ ﺣﻖ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ
ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻛﻞ ﻭﺻﻒ ﻣﻦ ﺃﻭﺻﺎﻑ ﺍﻟﺒﺸﺮ ﺍﻟﺘﻰ ﻻ ﺗﺆﺩﻱ ﺍﻟﻰ ﻧﻘﺺ ﻓﻲ
ﻣﺮﺍﺗﺒﻬﻢ ﺍﻟﻌﻠﻴﺔ ، ﻛﺎﻷﻛﻞ ﻭ ﺍﻟﺸﺮﺏ ﻭ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻭ ﺍﻟﻤﺮﺽ ﺍﻟﺨﻔﻴﻒ ﻭ
ﺍﻻﻏﻤﺎﺀ ﻭﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻣﺸﺎﻫﺪﺓ ﺍﺣﻮﺍﻟﻬﻢ ﻷﻥ ﻣﻦ ﺣﻀﺮ ﻣﻌﻬﻢ
ﺫﻟﻚ ﻣﻌﻬﻢ ، ﻭ ﻭﺻﻞ ﺍﻟﻴﻨﺎ ﺑﺎﻟﺘﻮﺍﺗﺮ ، ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ } ﻭَﻣَﺂ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ
ﻗَﺒْﻠَﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﻴﻦَ ﺇِﻻَّ ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻟَﻴَﺄْﻛُﻠُﻮﻥَ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﻳَﻤْﺸُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻷَﺳْﻮَﺍﻕِ {
ﻭ ﻳﺴﺘﺤﻴﻞ ﻓﻲ ﺣﻘﻬﻢ ﺍﻟﺠﻨﻮﻥ ﻭ ﺍﻟﺒﺮﺹ ﻭﺍﻟﻌﻤﻰ ﻭ ﻛﻞ ﻣﺮﺽ ﻳﻨﻔﺮ
ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﻢ .
SIFAT MUSTAHIL BAGI RASUL
Telah diterangkan di atas sifat sifat wajib para rasul
yang harus diimani oleh setiap muslim yaitu: Shidiq
(jujur), Amanah (bisa dipercaya), Tabligh
(menyampaikan), dan Fathonah (cerdas). Adapun
kebalikan dari sifat sifat wajib para rasul adalah
sifat sifat mustahil yaitu Kidhb (Bohong), Khianah
(Berkhianat atau tidak dipercaya), Kitman
(menyembunyikan) dan Baladah (Bodoh).
SIFAT JAIZ BAGI RASUL
Allah telah mengutus para rasul kepada manusia
dan telah dihiasi dengan sifat kesempurnaan
melebihi makhluk Allah yang lain, namun mereka
tidak akan terlepas dari fitrah kemanusian yang ada
dalam dirinya. Seorang rasul tetaplah sebagai
seorang manusia biasa yang berprilaku
sebagaimana manusia.
Sifat para rasul Allah ini telah membuat mereka
melakukan aktifitas sebagaimana manusia lainnya.
Sudah tentu yang dimaksud di sini adalah prilaku
dan sifat yang tidak mengurangi derajat kerasulan
mereka di mata manusia. Jadi sifat sifat ini boleh
dikatakan jaiz bagi para rasul, yaitu sifat sifat yang
boleh dilakukan dan boleh pula ditinggalkan Seperti
makan, minum, tidur, kawin, istirahan, sakit yang
ringan, pingsan, jalan ke pasar pasar, berniaga dan
semacamnya.
Sedangkan prilaku dan sifat yang bisa merendahkan
derajat kerasulan, mereka akan terpelihara dan
dipelihara oleh Allah dan sudah pasti perilaku dan
sifat itu tidak pernah dilakukannya. Dan inilah yang
membedakan mereka dengan manusia yang lain.
ﻭَﻣَﺂ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻗَﺒْﻠَﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﻴﻦَ ﺇِﻻَّ ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻟَﻴَﺄْﻛُﻠُﻮﻥَ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﻳَﻤْﺸُﻮﻥَ
ﻓِﻲ ﺍﻷَﺳْﻮَﺍﻕِ
Allah berfirman, ”Dan Kami tidak mengutus rasul-
rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh
memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (al-
Furqon, 20)
(Hasil copas).

Jumlah nabi 124.000,
jumlah rasul adalah 313. atau 314 atau 315
nama-nama nabi dan rasul yang disebutkan di dalam Al-Qur’an berjumlah 25 sebagai berikut
1. Nabi Adam AS
2. Nabi Idris AS
3. Nabi Nuh AS
4. Nabi Hud AS
5. Nabi Shaleh AS
6. Nabi Ibrahin AS
7. Nabi Luth AS
8. Nabi Ismail AS
9. Nabi Ishaq AS
10. Nabi Yaqub AS
11. Nabi Yusuf AS
12. Nabi Ayub AS
13. Nabi Syu’aib AS
14. Nabi  Harun AS
15. Nabi Musa AS
16. Nabi  IlyasaAS
17. Nabi Zulkifli AS
18. Nabi Daun AS
19. Nabi Sulaiman AS
20. Nabi Ilyas AS
21. Nabi yunus AS
22. Nabi Zakaria AS
23. Nabi Yahya AS
24. Nabi Isa AS
25. Nabi Muhammad SAW
Rasul yang Bergelar Ulul Azmi
Di antara 25 nama nabi dan rasul tersebut,
terdapat 5 orang rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi. Yang dikatakan Ulul Azmi yaitu rasul yang memiliki keteguhan dan
kesabaran yang luar biasa dalam menerima
ujian dari Allah SWT saat menjalankan
dakwah kenabiannya. Kelima rasul yang
mendapatkan gelar Ulul Azmi tersebut
adalah:
1. Nabi Nuh AS
2. Nabi Ibrahim AS
3. Nabi Musa AS
4. Nabi Isa AS
5. Nabi Muhammad SAW
para rasul yang menerima
kitab suci yaitu:
1. Nabi Musa AS (Kitab Suci Taurat)
2. Nabi Daud AS (Kitab Suci Zabur)
3. Nabi Isa AS (Kitab Suci Injil)
4. Nabi Muhammad SAW (Kitab Suci Al-
Qur’an)

Nasab nabi Muhammad SAW

1. Muhammad
2. Ibn ‘Abdullah
3. Ibn ‘Abdul Muttolib (namanya Syaibah)
4. Ibn Hasyim (namanya ‘Amr)
5. Ibn ‘Abdi Manaf ( namnya Al-Mughiroh)
6. Ibn Qushoy (namanya Zaid)
7. Ibn Kilab
8. Ibn Murroh
9. Ibn Ka’ab
10. Ibn Lu’ay
11. Ibn Gholib
12. Ibn Fihr
13. Ibn Malik
14. Ibn Nadhr
15. Ibn Kinanah
16. Ibn Khuzaimah
17. Ibn Mudrikah (namanya ‘Amir )
18. Ibn Ilyas
19. Ibn Mudlor
20. Ibn Nizar
21. Ibn Ma’ad
22. Ibn ‘Adnan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar